YOGYAKARTA (Panjimas.com) – Pesantren khusus waria Al-Fatah Yogyakarta sedang melakukan upaya penyusunan kitab fiqih waria.
Rencananya, kitab fiqih waria yang disusun tersebut diharapkan bisa digunakan oleh para waria di seluruh dunia. (Baca: LGBT Merajalela, Pesantren Waria akan Susun Kitab Fiqih Waria)
“Kita canangkan kira-kira 2017 kita sudah bisa. Sekarang proses langkah pertama. Kita adalah menemui sepuluh kiai dan ini belum selesai,” kata Shinta Ratri, ketua Pesantren Al-Fatah, Jum’at (5/2/2016) siang. (Baca: Bagaimana Asal Usul Berdirinya Pesantren Waria Al-Fatah di Yogyakarta?)
Para kyai tersebut diantaranya Kyai Ahmad Husain Cirebon, Gus Mus, Kyai Badrowi Jepara, Muis Ghazali, juga KH Abdul Muhaimin Yogyakarta. Rencananya mereka akan didatangi dan diundang untuk berkumpul dalam rangka penyusunan fiqih berdasar berbagai kitab ulama.
“Kita akan tanya pada para kyai ini tentang hal-hal yang berkaitan dengan waria. Ketika waria berhubungan seks, ketika pengurusan jenazahnya dan sebagainya,” terangnya.
Kemudian langkah berikutnya adalah memersilahkan para waria untuk mengutarakan permasalahan mereka sampai hal yang paling pribadi sekalipun, kemudian menggunakan kitab itu sebagai rujukan dalam memberi jawaban.
“Setelah itu (selesai penyusunan, red), akan kita share-kan dengan para waria, ‘kamu punya masalah apa, kamu punya masalah apa,’ dan nanti saya dengan Bu Rully (bidang pemberdayaan, red) yang akan menjawab dengan ini,” lanjut Shinta.
Lalu masih ada tahap ketiganya, yaitu workshop antara waria, kyai dan akademisi. Bahkan mereka akan melibatkan Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga.
“Karena kebetulan Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga sedang mendapat tugas menyusun fiqihnya orang-orang marjinal dan fiqih waria yang belum selesai. Nah, karena mereka sedang menyusun inilah mereka kita ajak,” imbuh waria yang menjadikan rumahnya sebagai pesantren ini. [AW/ib]