SOLO (Panjimas.com) – Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Dr Muinuddinillah Basri, Lc, MA, menegaskan bahwa tak ada toleransi bagi penganut LGBT.
“Tidak ada toleransi untuk homoseksual. Sama sekali nggak ada!” tegas Ustadz Muin, sapaan akrabtnya, kepada Panjimas.com, Sabtu (6/2/2016.
Pada kesempatan sebelumnya, Muin mengatakan bahwa kecenderungan seksual yang menyimpang, termasuk yang sejenis, adalah ujian yang harus dilawan.
“Kan sudah saya katakan, itu adalah ujian,” lanjutnya.
Kecenderungan itu memang ciptaan Allah, namun dia menciptakannya dengan maksud untuk menguji hambaNya. Maka tugas manusia yang diuji dengan hal tersebut adalah melawannya dengan sekuat tenaga. Maka itu sebagai salah satu wujud implementasi firman Allah,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami…” (QS. Al-Ankabut: 69).
Ustadz Muin menambahkan, bahwa jika kewariaan itu hanya “waria sikap” (lelaki yang gayanya agak feminim secara alami), maka Islam tidak memermasalahkan. Tetapi bila sudah merupakan “waria seksual” (transgender), maka tak ada toleransi sama sekali, dan yang bersangkutan harus melawan kecenderungan tersebut.
Doktor di bidang syariah ini mempertanyakan di mana letak taubatnya bila seorang waria ingin bangkit spiritualnya, namun tetap ingin jadi waria dan berhubungan seks sejenis. (Baca: Bagaimana Asal Usul Berdirinya Pesantren Waria Al-Fatah di Yogyakarta?)
“Lalu di mana letak taubatnya kalo nggak mau berubah?” ujarnya.
Terkait “fiqih waria”, dia mengatakan bahwa dalam Islam sudah ada pembahasan tentang banci dan yang berkelamin ganda. Namun hal itu bukan yang dimaksud dengan waria alias wanita pria. (Baca: LGBT Merajalela, Pesantren Waria akan Susun Kitab Fiqih Waria)
“Tentang banci, tentang bagaimana orang yang berkelamin ganda, semua sudah ada pembahasannya,” pungkasnya. [AW/ib]