GAZA, (Panjimas.com) – Director of Political-Mil itary Affairs (Direktur Hubungan Politik dan Militer) di Kementerian Pertahanan Israel, Amos Gilad mengungkapkan hari Selasa (02/02/2016) bahwa Amerika Serikat telah memberikan kontribusi bantuan dana lebih dari $ 100 juta dollar untuk sebuah teknologi proyek penelitian bersama AS-Israel yang bertujuan mengidentifikasi dan menemukan lokasi terowongan bawah tanah di perbatasan Jalur Gaza.
Terowongan bawah tanah bagi warga Palestina adalah solusi vital bagi kelangsungan hidup mereka yang tinggal di Jalur Gaza yang dikepung oleh pasukan pendudukan Israel. Terowongan bawah tanah biasa digunakan untuk menyelundupkan pasokan bantuan logistik dan medis bagi warga Gaza.
Dalam sebuah wawancara dengan Army Radio hari Selasa pagi, Amos Gilad menyatakan bahwa informasi intelijen menunjukkan bahwa tidak ada terowongan bawah tanah yang mengarah ke wilayah Israel saat ini.
Pejabat Kementerian Pertahanan, Shalom Gantzer memupus kekhawatiran para pemukim illegal Yahudi yang tinggal di sekitar Jalur Gaza, dimana mereka mengaku telah mendengar suara-suara penggalian terowongan bawah tanah di bawah rumah mereka. Membantah laporan itu, Pejabat Kemenhan Israel mengatakan bahwa suara yang didengar itu berasal dari generator listrik.
Dilaporkan mengutip Israel Channel 10 yang sebelumnya menunjukkan hasil interview-nya pada hari Sabtu (30/01/2016) terkait dengan mereka (pemukim Yahudi illegal) yang tinggal di dekat wilayah perbatasan Gaza yang mana mereka merekam suara penggalian itu dengan ponsel mereka. Pelapor pemukim Yahudi itu mengklaim bahwa suara tersebut adalah suara terowongan yang digali dari Gaza.
Mengutip analisa Dr. Adnan Abu Amer, kolumnis Middle East Monitor, ia menyebutkan bahwa ‘Tunnel War’ adalah perang masa depan, karena perang dengan metode penggalian terowongan bawah tanah merupakan salah satu metode militer yang paling penting dan berbahaya dalam perlawanan menghadapi tentara Israel.
Metode penggalian terowongan bawah tanah juga merupakan strategi andalan dari Mujahidin Brigade Al Qassam. Lebih lanjut Dr. Adnan melanjutkan bahwa Tunnel War merupakan ancaman krisis besar bagi institusi militer Israel.
Menyoal berbahayanya metode ‘Tunnel War’, Mantan Sejarawan militer dan mantan Kepala Dewan Keamanan Nasional, Shaul Shay, mengatakan bahwa “Cepat atau lambat, metode terowongan bawah tanah akan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh tentara Israel berdasarkan pengalaman sejarah. “Ia mencontohkan kegagalan pasukan Amerika di Vietnam untuk menghadapi tantangan dari terowongan-terowongan yang digunakan oleh tentara Vietkong di Vietnam selatan. [IZ]