SOLO, (Panjimas.com) – Sebenarnya ummat Islam di Jawa telah mendapatkan peringatan yang cukup jelas tentang akan munculnya fenomena LGBT atau orientasi seks menyimpang. Demikian Susiyanto menulis di akun Facebook-nya, Ahad (31/1/2016). Dia menyebut bahwa salah satu karya sastra yang membahasnya adalah Serat Jangka Jayabaya Syaikh Subakir.
“Fenomena kemunculan LGBT merupakan tanda dari kehadiran zaman yang serba membingungkan dan penuh kesengsaraan. Zaman ini terjadi akibat masyarakat tidak lagi berpegang kuat pada nilai-nilai ajaran Islam,” tulis peneliti literatur Jawa klasik ini.
Dia mengutip bait ke-22 dan 23 Pupuh III tembang Pangkur dalam serat tersebut dan menerjemahkannya sebagai berikut:
“Banyak lelaki menjamah lelaki (gay) dan tidak puas dengan perempuan, banyak orang yang mengutamakan nafsunya, kejahatan semakin meningkat, dan pangkal dari prahara nafsu itu terjadi akibat orang-orang yang memiliki niat baik justru celaka dan orang-orang yang jahat justru semakin kaya. Banyak orang mulai melecehkan kitab, banyak manusia tidak mengutamakan perbuatan baik, dan mereka melupakan Allah yang Agung, terjebak penyembahan berhala. Ada juga yang justru menyembah makhluk halus, bahkan ada yang menyembah harta dan memilih masuk agama Kristen.”
Dosen IAIN Surakarta ini melanjutkan, “Serat Jangka Jayabaya Syaikh Subakir memberikan solusi untuk mengatasi hal ini dengan pemimpin yang adil dan manusia Jawa kembali taat kepada aturan Allah.”
Disebutnya hal itu termuat dalam Pupuh III tembang Pangkur bait ke-29, danberikut ini terjemahannya:
“Musnahnya para penipu, manusia yang berperilaku jelek dan jahat, penjudi yang telah kecanduan, karena keadilan sang raja, banyak mensucikan diri di masjid dengan ikut bersujud, mengingat akan kebaikan, semua orang menjadi santri dan mursid.” [IB]