GORONTALO (Panjimas.com) – Seorang pria bernama JK, memberikan kesaksian yang mengejutkan terkait aktivitas kelompok eks Gerakan Fajar Nusantara di Kalimantan.
Ia mengaku, jika kelompok yang mengasingkan diri tersebut berencana akan membeli senjata dari hasil kebun yang kini sudah digarap oleh eks pengikut Gafatar di Kalimantan.
JK, merupakan warga Gorontalo. Ia sempat menjadi pengikut Gafatar dan tinggal bersama pengikut lainnya di Desa Kampung Mendung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual minuman keliling ini mengaku anggota Gafatar yang bermukim bersamanya di Kalimantan Timur diperkirakan sudah mencapai 6.000 orang.
Kala itu, ia dibujuk oleh anggota Gafatar di Gorontalo. JK diiming-imingi akan disediakan tempat tinggal dan lahan untuk berkebun. Bahkan ia sempat juga dijanjikan akan dijadikan pemimpin serta mendapatkan honor.
“Karena itu awal Januari 2015, saya berangkat bersama 20 orang asal Gorontalo ke desa tempat permukiman Gafatar di Kalimantan Timur,” kata JK, Rabu 27 Januari 2016.
Namun, sesampainya di lokasi. JK mulai merasa janggal dengan ajaran yang diajarkan kepadanya. Seluruhnya menurut JK bertentangan dengan agama yang dianutnya yakni Islam. “Saya bahkan beberapa kali memprotes ajaran mereka. Tapi tidak digubris,” kata JK.
Beli Senjata
Puncaknya, JK semakin tidak tahan ketika muncul arahan dari kelompok Gafatar untuk beraktivitas militer. Mereka diharuskan berkebun dengan tujuan untuk ditabung guna membeli senjata.
“Nanti semua orang akan dilatih militer untuk melawan orang-orang yang bertentangan dengan ajaran Gafatar. Begitu mereka menanamkan,” kata JK.
Hingga kemudian di akhir Desember 2015. Kekesalan JK pun semakin memuncak. Seluruh janji yang pernah disampaikan kepadanya pada awal masuk semuanya sirna. Ditambah lagi dengan kejanggalan semua rencana kelompok Gafatar.
Karena itu, JK bersama istri dan anaknya pun memutuskan untuk melarikan diri dari kampung itu. “Selama dua hari saya berjalan kaki meninggalkan kampung untuk sampai ke Mapolsek Muaralawa dan meminta dijemput keluarga,” kata JK.
Kini, pengakuan JK, sejak keputusannya melarikan diri dari kampung Gafatar di Kalimantan Timur. JK mengaku kerap mendapat ancaman dari anggota Gafatar yang masih aktif.
“Mereka masih sering mengancam. Tapi saya sudah tidak peduli. Saya ingin hidup normal,” katanya. [AW/viva]