CILACAP (panjimas.com) – Sudah lebih dari lima tahun lamanya Ustadz Abu Bakar Ba’asyir tidak tampil ke publik karena menjalani vonis zalim 15 tahun di penjara paling angker Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah.
Dalam persidangan kedua yang digelar terbuka di PN Cilacap, ulama jihad terkemuka di Indonesia ini tampil dengan gaya yang berbeda. Gamis khas warna putih kesukaannya berpadu dengan suaranya yang lantang menjadikannya sosok ulama yang berwibawa.
“Jika kami mengatakan kebenaran pasti kami akan mati dan jika kami tidak mengatakan kebenaran pasti kami pun akan mati.
Maka kami akan mati dengan mengatakan kebenaran dan kami tetap akan mengatakan kebenaran. Meskipun taring taring anjing mencabik-cabik daging kami, meskipun paruh paruh burung mematuk-matuk kepala kami.
Hidup kami hanya untuk Allah, kami mati karena membela agama Allah.”ujar Ustadz Ba’asyir berapi-api saat membacakan pernyataan sikap Ulama Rabbani di ruang sidang PN Cilacap, Selasa (12/1/2016) lalu. (Baca: Ustadz Abu Bakar Ba’asyir Bacakan Pernyataan Sikap Ulama Rabbani di Persidangan)
Penampilan lain yang melejitkan style keulamaan Ustadz Ba’asyir adalah potongan rambutnya yang nyentrik. Rambut Ustadz Ba’asyir yang sudah memutih dibiarkan memanjang ke belakang, dipadukan dengan sorban putih. Dengan penampilannya itu, Ustadz Ba’asyir nampak semakin gagah, berkarakter dan kharismatik.
Ternyata potongan rambut nyentrik itu bukan sekedar gagah-gagahan belaka. Rahasia rambut nyentrik itu dituturkannya kepada belasan pembezuk di Lapas Batu, Nusakambangan, pada Senin (25/1/2016).
“Jangan dikira macam-macam ya. Saya akan panjangkan rambut ini sampai bahu untuk mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” ujar ulama sepuh pendiri Ponpes Al-Mukmin Ngruki itu.
Penampilan baru Ustadz Abu Bakar Ba’asyir ini lantaran ia ingin meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ مَا رَأَيْتُ مِنْ ذِي لِمَّةٍ أَحْسَنَ فِي حُلَّةٍ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَهُ شَعْرٌ يَضْرِبُ مَنْكِبَيْهِ
Dari Al Bara’, ia berkata: Aku tak pernah melihat orang yang berambut panjang dan memakai pakaian yang indah melebihi keindahan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dan beliau memiliki rambut yang panjang menjuntai hingga kedua bahunya. [HR. Nasai No.5138].
Dalam suasana santai penuh canda, Ustadz Rosyid Ridho Ba’asyir, putra Ustadz Abu yang duduk di hadapannya menimpali bahwa setiap rambut punya hak untuk dimuliakan.
“Tapi setiap helai rambut harus dimuliakan Bi,” ujarnya sembari mengutip hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ كَانَ لَهُ شَعْرٌ فَلْيُكْرِمْهُ
“Barangsiapa yang memiliki rambut, hendaknya dia memuliakannya” [HR Abu Dawud dari Abu Hurairah].
Sambil tersenyum, Ustadz Abu mengakui bahwa rambut bagian belakang yang dipanjangkan itu memang agak susah dirapikan.
“Haha… iya, saya sudah menyisir tapi bagian belakang ini ndak mau diatur,” terangnya sambil membuka peci putih lalu memperagakan merapikan rambut dengan tangannya, tapi gagal. Para pembesuk pun turut tersenyum simpul. [AW/Lum]