DAMASKUS, (Panjimas.com) – Lelaki itu bernama Mamun Khalid Nasir. Pria berparas timur tengah itu adalah salah satu dari korban ledakan bom barel pasukan Basyar Asad.
Nasir yang saat ini berumur 27 tahun, sangat bersyukur masih bisa hidup sampai sekarang. Walau dia hanya bisa terbaring di tempat tidur dengan keadaan “seadanya”.
Keadaan dia saat ini terjadi setahun yang lalu. Saat pasukan udara rezim Basyar Asad menjatuhkan bom barel di kota Idlib, yang merupakan tempat tinggal Nasir bersama kelima anak dan istrinya.
Akibat serangan keji itu, Nasir harus mengikhlaskan kedua kakinya, pendengarannya dan yang paling penting adalah sumber penglihatannya.
Setelah penyerangan yang berakibat fatal bagi kehidupan dia dan keluarganya. Nasir bersama istri dan kelima anaknya beserta ibunya harus mencari perlindungan ke Turki selatan, tepatnya Hatay pada bulan Desember.
“Saat ini ia ditakdirkan untuk hidup di tempat tidur, akibat serangan membabi buta pasukan Basyar Asad,” kata Wafa Awwad ibunda Nasir, dikutip Anadolu Agency.
Wanita berumur 49 tahun itu menceritakan dengan mata berkaca-kaca, kami datang ke kabupaten Reyhanli provinsi Hatay untuk bertahan hidup. “Banyak tetangga yang membantu kami.”
Selama kehidupan di Turki, anak perempuannya berumur 5 tahun, Nasir Gozyasi meminta ke doktek Turki untuk membantu dia.
Demi membuat ayahnya kembali melihat, Gozyasi meminta kepada dokter dengan mengatakan, “Ayah saya saat ini tidak bisa melihat saya dan ini membuat saya menyesal.”
“Dengarkanlah permintaanku, ambillah kedua mata ku dan berikan kepada ayah saya,” ucapnya dengan sesegukan sambil mengusap air mata.
Gozyasi sangat berharap ayahnya kembali melihat dan mencintai dirinya dan keempat saudaranya. “Ku korbankan mata ku, untuk mu Ayah,” ucapnya.
Kisah penderitaan keluarga yang tidak bersalah ini, hanyalah salah satu contoh dari keganasan pasukan Basyar Asad.[TM]