JAKARTA (Panjimas.com) – Pengamat Terorisme, Mustofa Nahrawardaya menilai aksi penolakan jenazah pelaku serangan di Jalan Thamrin, Jakarta sebenarnya tak elok dilakukan masyarakat.
Pasalnya, sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ada contohnya penolakan jenazah seorang Muslim seperti saat ini, sekalipun semasa hidupnya yang bersangkutan melakukan dosa besar.
Bahkan, dulu di negeri ini jenazah para anggota PKI saja dikubur dengan layak di pemakaman dan tak ada penolakan dari masyarakat.
“Zaman PKI dulu saja jenazah dikubur dengan baik, tidak ada yang ditolak bahkan dibuang,” kata Mustofa kepada Panjimas.com Kamis (21/01/2016).
Tokoh muda Muhammadiyah ini menduga, seolah ada upaya menanamkan kebencian kepada jenazah Muslim.
“Jenazah pelaku perampok dan pembunuh diterima begitu saja, mengapa giliran pelaku teroris ditolak?” tegasnya.
Menurutnya, mengurus jenazah adalah kewajiban (fardhu kifayah) kepada kaum Muslimin yang diajarkan dalam tuntunan syariat Islam.
“Tugas orang yang masih hidup adalah mengurus jenazah, kalau menghakimi kesalahannya itu urusan Allah,” tutupnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pengamat terorisme Mustofa Nahrawardaya. Ia justru menilai aksi penolakan yang dilakukan terhadap jenazah pelaku, tidak murni dilakukan masyarakat. (Baca: Tokoh Muda Muhammadiyah: Ada Tim yang Bermain, Penolakan Jenazah tak Murni Aksi Masyarakat)
“Saya menduga penolakan itu ada yang menggerakkan oleh kelompok tertentu yang mempunyai uang, power dan kekuasaan untuk menggerakkan massa,” kata Mustofa kepada Panjimas.com Kamis (21/01).
Sebelum penolakan terjadi, Mustofa menilai sebuah tim kerja sudah bermain untuk menggerakkan masyarakat. [AW/Tomi]