GAZA, (Panjimas.com) – Penipuan mata uang telah menjadi masalah seirus bagi warga Palestina yang hidup dalam perekonomian yang terus memburuk, dilansir oleh Anadolu.
Ahmed Salim, seorang warga Palestina berusia 32 tahun yang hidup di Jalur Gaza yang diblokade Israel, harus benar-benar memeriksa 100 shekel ($28 dollar) nota banknya dalam situasi cemas agar tak lagi menjadi korban penipuan
Salim telah menderita akibat penipuan mata uang ketika ia mengambil pembayarannya (Upah) selama beberapa hari melakukan pekerjaan konstruksi dan tak lagi dapat menggunakan uang tunai palsu yang sebelumnya ia terima.
Untuk seorang warga Palestina seperti Salim, yang hidup di Gaza, 100 shekel baginya adalah jumlah uang yang besar , terutama dengan situasi keuangan yang buruk yang ia hadapi dalam masyarakat dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi karena blokade Israel.
Penipuan mata uang telah menjadi suatu endemic (kondisi khusus di tempat tertentu) di Gaza, kata para pakar.
Statistik pemerintah Gaza menunjukkan bahwa sejumlah $ 48.900 dollar dan 64.500 shekel telah rusak nilainya pada tahun 2013, dalam hal ini karena adanya penipuan pemalsuan uang.
“Meskipun penipuan mata uang di Gaza bukan merupakan kejahatan terorganisir, warga prihatin tentang hal itu,” Ahmet Kalakh, Kepala Departemen Fraud Kementerian Dalam Negeri mengatakan kepada Anadolu Agency.
Kalakh mengatakan bahwa kejahatan seperti ini bukanlah suatu “fenomena,” akan tetapi penggunaan alat “printer berteknologi tinggi” telah membuat lebih mudah bag para pemalsu untuk beroperasi.
Saed Abdo, seorang Jaksa Palestina, mengatakan bahwa “pemalsuan uang dan penggunaannya dilakukan secara acak dan individual, seperti yang kita tahu, tidak ada geng yang bekerja dengan tujuan pemalsuan uang.” [IZ]