ZAMBOANGA, (Panjimas.com) – Beberapa hari pasca insiden serangan Jakarta, warga-warga kota yang didominasi pemeluk Kristen di Filipina Selatan mengatakan bahwa mereka takut akan terjadinya serangan inspirasi di tengah-tengah kota mereka, seperti dilansir oleh Anadolu Agency.
Warga Zamboanga sering mendiskusikan ketakutan mereka di jalan-jalan, sementara beberapa memilih mengekspresikan melalui media sosial Facebook untuk membagi kecemasan mereka. 3 tahun yang lalu, banyak dari mereka menjadi korban saat 2 minggu pengepungan oleh kelompok militan yang menentang proses perdamaian yang sedang berlangsung di negara itu yang menyebabkan lebih dari 300 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi.
“Dengan ancaman teror yang terus-menerus terjadi dan adanya laporan bai’at kesetiaan dari pasukan Abu Sayyaf kepada IS [Islamic State], tidak ada yang tahu, Tuhan melarang kita jatuh menjadi korban terror,” kata seorang warga yang mem-posting di nedia sosialnya pada hari Ahad, (17/01/2016).
“Saya berdoa bahwa tidak ada efek lanjutan ISIS berupa teror serangan kepada kami. Abu Sayyaf dan BIFF [Bangsamoro Islam Fighters Front] mengklaim berhubungan dengan ISIS, ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng oleh otoritas Filipina, mereka harus melakukan sesuatu untuk merespon ancaman itu.”
Seperti diketahui, Abu Sayyaf telah berjanji setia kepada ISIS, sementara kelompok bersenjata lain di Selatan, BIFF, juga telah menawarkan dukungan mereka.
Para pejabat keamanan Filipina, bagaimanapun, telah meremehkan koneksi ini, dan mengatakan mereka tidak melihat kemungkinan serangan di Jakarta akan terjadi di Filipina dan bersumpah tidak mengizinkan kelompok bersenjata local untuk mendirikan basis lokal di Filipina untuk ISIS.
Sebagaimana diketahui, Filipina, adalah Negara yang mayoritasnya adalah pemeluk Katolik – akan tetapi di Filipina terdapat konsentrasi kelompok pemberontak Muslim di wilayah selatan. Beberapa diantaranya – seperti Abu Sayyaf diduga sebelumnya telah memiliki hubungan dengan kelompok teroris internasional.
Dalam konferensi pers di Markas Besar Kepolisian Nasional Filipina di Manila, juru bicara Kepolisian Nasional Filipina, Supt. Mayor Wilben mengatakan kepada wartawan pada hari Sabtu (16/01/2016) bahwa Badan Intelijen bekerja dikejar waktu untuk mengumpulkan informasi dan memantau pergerakan kelompok-kelompok semacam itu.
“Hal ini terutama terjadi di bagian selatan Negara,” seperti dikutip dari InterAksyon.com
Dia menambahkan bahwa ia sedang berhubungan dengan Direktorat Intelijen untuk berkoordinasi dengan rekan-rekan mereka di Indonesia, Negara mayoritas Muslim, mengenai akibat dari pemboman Jakarta untuk memastikan para “teroris” yang bersembunyi di Indonesia tidak dapat menyelinap melintasi perbatasan dan masuk ke wilayah Filipina.
Lebih lanjut pihaknya telah berusaha untuk memastikan adanya pertukaran informasi secara konstan untuk menjaga terhadap ancaman terorisme, dimana ini merupakan kewajiban Filipina dan Indonesia sebagai sesama anggota Asosiasi Polisi Asia Tenggara (ASEANAPOL)
Filipina telah menaikkan status level siaga untuk pasukan keamanan secara nasional pada hari Kamis (14/01/2016) setelah serangan di Jakarta, yang kemudian diklaim oleh ISIS.
Sejak tahun 1991, Abu Sayyaf – telah memiliki senjata seperti sebgaian besar alat peledak yang dirakit, mortir dan senapan otomatis, Pasukan Abu Sayyaf juga telah melakukan rangkaian pemboman, penculikan, pembunuhan dan pemerasan dalam pertempuran untuk kembali merebut provinsi Islam di Filipina. [IZ]