BANGKOK, (Panjimas.com) – Proyek besar taman Buddha seluas 80 hektar direncanakan dibangun di Thailand selatan, di wilayah mayoritas Muslim, hal ini membuat marah warga Muslim lokal disana dan dapat memicu gelombang protes, demikian mengutip laporan Bangkok Post pada hari Senin (18/01/2016), seperti dilansir oleh Anadolu Agency.
Penduduk setempat yang merupakan mayoritas adalah Muslim mengungkapkan ketidaksenangannya karena proyek senilai 5,5 Juta dollar dan seluas 80 hektar ini direncanakan tanpa konsultasi dengan warga setempat dan dapat memicu kemarahan dan gelombang protes Muslim Thailand.
Waedueramae Mamingji, Ketua Komite Islam Provinsi Pattani, mengatakan kepada Bangkok Post bahwa warga Muslim tidak menentang pembangunan kuil Buddha di lingkungan mereka, tetapi menganggap “proyek skala besar” seperti taman Budha itu terlalu berlebihan.
“Sentimen publik dan sensitivitas local tidak boleh diabaikan,” kata Mamingji, yang juga menjabat sebagai Ketua Jaringan Komite Islam di 3 Provinsi mayoritas Muslim – Yala, Pattani dan Narathiwat – yang berbatasan dengan wilayah Malaysia.
Proyek taman Buddha yang akan berlokasi di distrik utama Pattani itu, direncanakan termasuk peletakan patung Buddha besar yang dikelilingi oleh stupa-stupa Budha.
Baru-baru ini proyek itu disetujui pada pertemuan antara pemerintah provinsi dan pemimpin tingkat Provinsi Biksu-Biksu Budha.
Sejumlah $ 5.500.000 juta dollar biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek Taman Buddha itu sebagian besar dikumpulkan melalui sumbangan publik.
“Akankah instansi pemerintah mempertimbangkan kembali proyek ini demi perdamaian dan stabilitas bagi kita di sini?” Tanya Mamingji, Ketua Komite Islam di Provinsi Pattani.
Mengutip sumber-sumber lokal, Bangkok Post melaporkan bahwa proyek ini telah mengakibatkan gelombang ketidaksenangan publik terhadap pemerintah karena proses usulan pembangunan Taman Buddha ini dilakukan tanpa konsultasi kepada warga setempat
Mengacu pada kekhawatiran bahwa masalah ini “bisa menyentuh ketegangan antara umat Buddha dan Muslim”, dan menambahkan bahwa protes massa bisa terjadi di provinsi tetangga Yala, yang juga mayoritasnya Muslim.
Muslim mewakili 80 persen populasi dari 3 provinsi di selatan Thailand, dan Buddha hanya sekitar 15 persen – akan tetapi lebih dari 90 persen penduduk Thailand secara nasional adalah pemeluk Buddhisme dan 5 persen lainnya adalah Muslim.
Hubungan antara umat Buddha dan Muslim di selatan telah tegang selama lebih dari 1 abad lamanya (100 tahun), akan tetapi ketegangan meningkat sejak pemberontakan Muslim kembali muncul pada tahun 2004.
Kekerasan antara para mujahidin pattani dan pasukan keamanan telah menewaskan lebih dari 6.500 orang dan melukai sekitar 11.000 jiwa sejak 2004.
Pemberontakan di Thailand selatan berakar dari dalam konflik tua etno-budaya seabad lamanya antara Muslim Melayu yang tinggal di selatan dan pemerintah pusat Thailand, dimana agama Buddha dianggap sebagai agama nasional secara de-facto.
Mantan senator Pattani, Worawit Bahru, seorang Pemimpin Muslim local lainnya, mengatakan kepada Bangkok Post pada hari Senin (18/01/2016) bahwa jika proyek taman Buddha “mengubah identitas Pattani”, itu bisa berakhir “menyakiti” potensi komersial dari provinsi ini, yang mana telah dipromosikan pemerintah Thailand sebagai produsen penting dan pengekspor makanan halal.
Otoritas nasional dan provinsi belum menanggapi kontroversi tentang proyek taman Buddha ini, yang menurut rencana akan selesai tahun ini, namun para pejabat provinsi telah mulai mempersiapkan kartu pos untuk didistribusikan dalam upaya meningkatkan sumbangan untuk proyek besar Taman Buddha ini. [IZ]