SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Fitnah Wakil ketua umum GP Ansor, Benny Rhamdani tentang buku Anak Islam Suka Membaca (AISM) yang mengandung unsur radikal mendapat protes keras dari penulisnya yaitu Ustadzah Nuraini Musta’in.
Ditemui di rumahnya di dareah Pabelan Kecamatan Kartasura, Ustadz Ayip Syafruddin selaku penyunting buku tersebut dan juga suami dari Ustadzah Nuranin Musta’in memberikan klarifikasinya.
“Intepretasinya terlalu berlebihan. Tempatkanlah kata-kata itu pada pakem pembelajaran bukan sepotong-sepotong” ujarnya Kamis, (21/1/2016) kepada panjimas.
Pemilihan kata dalam buku itu tidak ada kaitannya sama sekali terkait unsur radikalisme. Kami menulis hanya untuk memudahkan anak dalam membaca dan memahami kata.
Seperti pada kata “ raih – bantai – kyai” jadi didalam pelajaran ini anak didik diajari untuk mengenal huruf vokal ai atau dibaca vokal yang berdampingan seperti kyai. Dan kata tersebut berdiri bukan bersambung karena ditandai dengan garis tengah.
Begitu pula kata bom, materi itu bertujuan untuk mengajari anak belajar mengenal bunyi konsonan seperti misalnya am im um dan juga om.
Ustadz Ayip merasa heran jika kata bom saja dipersoalkan dibandingkan dengan film kartun anak yang lebih berbahaya.
“Mengapa film-film kartun seperti Tom and Jerry ataupun Powe Ranger yang jelas memperlihatkan bom meledak tidak dipersoalkan. Mengapa hanya sebuah kata dipersoalkan” keluhnya.
Berkenaan jenis pilihan suku kata atau kalimat yang terdapat dalam buku AISM, tak ada maksud penulis sedikitpun untuk mengarahkan anak didik terhadap pemahaman radikalisme dan atau terorisme. Bila jenis pilihan suku kata atau kalimat dimaksud diinterpretasikan (ditafsirkan) secara liar ke arah radikalisme dan atau terorisme, maka penulis berlepas diri dari hal itu.
Ustadz Ayup juga kecewa dengan sikap GP Anshor yang sangat berlebihan. Jika mempunyai itikad baik mengapa tidak menghubungi. Sebab dibuku tersebut tertara nomor telepon penerbit dan juga penulisnya. Mengapa harus di besar-besarkan di media massa.
Jika buku tersebut dipersoalkan mengapa baru sekarang. Padahal buku Anak Islam Suka Membaca terbit pertama pada tahun 1999.
“Jauh sebelum isu terorisme berkembang di Indonesia”
Saat ditanya apakah GP Anshor mempunyai niat “mencari muka” terkait kasus terorisme. Ustadz Ayib dengan bijak tak memberikan jawaban pasti.
“Ya persoalan politik bisa dibawa kemana saja”.
Buku AISM sendiri sudah tercetak 167 kali dan setiap cetak berjumlah 2000 eksemplar. [RN]