JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Komisi Dakwah Khusus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengungkapkan bahwa Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah metamorfosa aliran sesat Al-Qiyadah Al-Islamiyah, Pimpinan Nabi Palsu Ahmad Musadeq.
Ia menjelaskan ajaran GAFATAR adalah doktrin oplosan yang diambil dari aliran sesat Al-Qiyadah Al-Islamiyah. (Baca: Inilah Doktrin Sesat GAFATAR)
“Perlu diketahui, setelah Jamaah Al Qiyadah Al Islamiyah difatwakan sesat oleh MUI karena menyimpang dari ajaran Islam, kemudian mereka mengubah nama menjadi Komunitas Millah Abraham (KOMAR). Konsep KOMAR ini adalah menyatukan Teologi Islam, Kristen dan Yahudi, itu bisa dibaca di buku Teologi Abraham yang ditulis oleh Ketua Gafatar sekarang ini,” kataUstadz Abu Deedat SH MH, kepada Panjimas.com, Kamis (14/1/2016).
Ustadz Abu Deedat pun mencurigai ada kepentingan Yahudi di balik aliran sesat yang kini meresahkan masyarakat itu.
“Ini sesuai dengan proyek Yahudi untuk menyatukan agama, kemudian penyamaan agama yang dikenal dengan pluralisme agama,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ustadz Abu Deedat menjelaskan bahwa tokoh berpengaruh GAFATAR, Ahmad Musadeq merupakan mantang anggota NII KW9. Maka tak heran, pola rekrutmen yang digunakan mirip seperti NII.
“Jadi doktrin rekrutmen dan tahapan perjuangannya itu mirip dengan NII KW 9, kemudian teologinya campur aduk antara Islam, Kristen dan Yahudi,”ujarnya.
Tak hanya itu, doktrin Kristen yang bercampur dalam ajaran GAFATAR, ternyata dipengaruhi dari pertemuan Ahmad Musadeq dengan pendeta Kristen Advent, Robert Paul Walean.
“Dalam bukunya yang diterbitkan oleh Al Qiyadah Al Islamiyah sendiri, Musadeq mengaku kenabiannya telah dibenarkan oleh seorang pakar Kristologi. Nampaknya, pakar Kristologi tersebut adalah Pendeta dari Kristen Advent, Robert Paul Walean, yang kemudian pendeta ini mengaku sebagai Waraqah bin Naufal. Di situlah awal pertemuan Ahmad Musadeq dan Robert Walean,” jelasnya.
“Wajib mengkuduskan hari Sabat atau hari Sabtu inilah yang dimasukkan dari Kristen Advent ke dalam Jamaah Al-Qiyadah Al-Islamiyah,” tandasnya. [AW]