SOLO, (Panjimas.com) – Talkshow Advokasi untuk Umat Islam yang diadakan oleh Divisi Advokasi dan Kelaskaran Dewan Syari’ah Kota Surakarta (DSKS) semakin menyadarkan elemen-elemen laskar untuk mengokohkan ukhuwah, solidaritas, dan kekompakan antar sesama laskar dan kaum muslimin umumnya.
Talkshow digelar di Gedung Ar-Rahman, Laweyan, Solo, Ahad (17/1/2016) pagi, menghadirkan narasumber Joko Trisno Widodo,SH. (advokat MUI Surakarta) dan advokat pendamping aktivis amar ma’ruf nahi munkar, Drs. Joko Sutarto,SH.
Tampak sangat hidup ketika talkshow bertema “Meredam Rekayasa dan Makar Musuh Islam” ini memasuki sesi interaktif. Antusiasme peserta perwakilan dari 32 elemen laskar se-Soloraya yang berjumlah 45 orang ini semakin menegaskan bukti bahwa Solo adalah Kota Pergerakan. Para peserta aktif bertanya dengan ekspresi kesungguhan menjabarkan panjang-lebar sehingga berkali-kali Endro Sudarsono sebagai moderator meminta untuk memersingkat, mengingat keterbatasan waktu.
Dari konten pertanyaan-pertanyaan berpadu masukan itu menjadi bukti nyata bahwa masih banyak persoalan yang mengganjal para laskar dalam berupaya memberantas kemaksiatan dan kriminalitas di wilayah mereka. Dan ironisnya, ganjalan itu diantaranya datang dari aparat penegak hukum. Dan artinya, rekayasa dan makar dari musuh-musuh Islam itu jelas ada.
Seorang peserta dari Semanggi, Solo, misalnya, dia sampai menanyakan, “Bagaimana caranya agar kegiatan nahi munkar yang kita lakukan ini mendapatkan legalitas hukum?
Sedang peserta dari Klaten mengeluhkan sikap aparat yang masih mau menerima suap.
“Kenyataannya preman itu lebih takut ditangkap laskar daripada ditangkap polisi. Karena kalo polisi, dikasih uang dilepaskan,” terangnya.
Ada pula yang bertanya, “Bagaimana sikap saya yang punya tetangga polisi intel?”
Dari pemaparan dan jawaban kedua narasumber, ada tiga hal penting yang Panjimas garis-bawahi. Pertama, bahwa sebagai aktivis khususnya, dan muslim umumnya harus berhati-hati dalam bicara secara lisan maupun tulisan di media sosial. Joko Trisno berpesan, “Jangan suka clometan.” Kedua, harus terus berevaluasi, belajar dari pengalaman kegiatan nahi munkar selama ini. Dan ketiga, ukhuwah adalah bentuk advokasi yang paling kuat. [IB]