TAIPEI, (Panjimas.com) – Tak banyak jumlah Muslim di Taiwan, akan tetapi mereka memiliki harapan besar pada pemilihan umum hari Sabtu (16/01/2016) kemarin.
Tokoh Muslim Taiwan mengatakan pemilihan umum di Taiwan memang tak menjanjikan apapun bagi komunitas kecil Muslim disana, tetapi harapan besar kepada pemerintah selanjutnya agar memastikan masa depan pembangunan Masjid Agung Taipei
Sekretaris Jenderal Komunitas Muslim Taiwan mengatakan bahwa meskipun mereka hanya berjumlah sekitar 0,25 persen dari penduduk Negara itu dari total penduduk 23,5 juta, tapi Mereka berharap pemerintah baru akan membantu membeli tanah Masjid Agung Taipei yang akan mereka bangun.
“Birokrasi Pemerintah tidak memfasilitasi kehidupan cultural kami, dan konstruksi (pembangunan) Masjid bagi kami (Muslim), sangat berat terutama dalam hal pembelian tanah dan bangunan yang berharga sangat mahal,” ujar, Salahaddin Ma, seorang Muslim Hui – mengatakan kepada Anadolu Agency yang juga merupakan seorang Imam bagi komunitas Muslim Taiwan.
“Sejak tahun 1990, tidak ada Masjid yang dibangun dan kami bahkan tidak memiliki tanah untuk Masjid Agung Taipei yang dibangun pada hampir 60 tahun setelah didirikan.”
Biaya Masjid ditutupi oleh Asosiasi Muslim China (Chinese Muslim Association)- dengan sumbangan dilaporkan sebesar $ 150.000 dari Iran dan Yordania, dan $ 100.000 dipinjamkan oleh Bank of Taiwan dan pemerintah Daerah Otonomi Ningxia Hui, wilayah barat laut China , yang mana merupakan daerah keturunan Muslim Hui Taiwan berasal.
Namun, komunitas Muslim Taiwan tidak memiliki wilayah Masjid Agung Taipei yang dibangun itu, seluas 2.747 meter persegi. Pada tahun 1999, sebuah perusahaan semen mengklaim kepemilikan atas tanah tersebut dan berusaha untuk membongkar Masjid untuk mengambil kembali tanah itu.
Salahuddin Ma menegaskan bahwa masyarakat Muslim Taiwan masih memiliki kekhawatiran atas masa depan Masjid Agung Taipei, meskipun pemerintah Negara mayoritas Budda itu telah mendaftarkan Masjid sebagai bangunan bersejarah, yang berarti tidak dapat dibongkar ataupun diklaim.
Sekjen komunitas Muslim Taiwan mengatakan sekarang ada sekitar 60.000 Muslim yang tinggal di Taiwan, yang sebagian besar beribadah di 6 Masjid di Negara itu.
Sholat Jumat dilakukan di Masjid Taipei.
Banyak dari umat Islam adalah cucu-cucu dari anggota Kuomintang (KMT), Partai Nasionalis China yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek-, yang pada tahun 1949 para anggotanya meninggalkan apa yang sekarang menjadi daerah otonomi Ningxia Hui menuju Taiwan menyusul kekalahan dari komunis China.
Anggota Partai ini masih sangat banyak yang hidup di Taiwan hari ini, dengan Presiden Ma Ying-jeou yang mewakili Kuomintang (KMT). Salahaddin Ma telah melayani maksimum 2 masa hubungan, tetapi mendukung untuk calon baru KMT dalam pemilihan Sabtu, (16/01/2016).
Etnis Hui – bersama dengan Turki Uighur—menjadi salah satu komunitas Muslim terbesar di Cina saat ini.
Di luar dari etnis Hui, sebagian besar umat Islam di Taiwan adalah para pendatang dan anak-anak mereka dari Indonesia, Malaysia, Pakistan dan negara-negara lain di Timur Tengah dan Afrika, banyak dari mereka sekarang telah menetap di Taiwan.
Salahuddin Ma tidak ingin dikutip pada siapa ia akan memilih dalam pemilu, namun sederhana ia hanya menginginkan “perdamaian dan stabilitas” untuk Taiwan – harapan-harapan yang tidak mudah terpenuhi mengingat hubungan penuh gejolak dengan daratan Cina.
Sebagian besar Muslim Hui, bagaimanapun, diharapkan untuk melanjutkan dukungan mereka kepada partai Kuomintang (KMT), mengingat sejarah pribadi mereka.
Sejak Pemimpin Nasionalis China melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah perang sipil yang brutal dengan kubu Komunis Mao Zedong, China telah melihat wilayah tersebut (Taiwan) sebagai Provinsi yang memisahkan diri yang pada akhirnya akan kembali.
Survei terbaru mengindikasikan bahwa Partai Progresif Demokratik liberal (DPP) diprediksi akan memimpin hasil pemilu dengan sekitar 40 persen suara. Partai DPP telah lama memegang posisi pro-kemerdekaan mengenai status Taiwan dan ingin memutuskan semua hubungan dengan Daratan Cina, tapi kali ini, DPP menunjukkan sinyal pendekatan politik yang lebih pragmatis.
Diperkirakan sekitar 70 persen penduduk, sekitar 18,6 juta pemilih diharapkan akan memberikan suaranya untuk pemilihan Presiden berikutnya dan juga pada 113 anggota Parlemen di 15.600 TPS pada Sabtu (16/01/2016).
Selain pemilihan Presiden, pemilu akan melihat total 354 kandidat mencalonkan diri di Parlemen untuk 73 Distrik. [IZ]