YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Sekjen MUI Daerah Istimewa Yogyakarta, H. Ahmad Muhsin menduga bahwa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan produk PKI.
Kepada Panjimas.com, Selasa sore (12/1/2015) saat ditemui di kediamannya di kawasan Kauman, Yogyakarta, ia menjelaskan, “Gerakan PKI itu menyusup ke sana-sini dan kamuflasif sekali. Mereka lalu menciptakan perpecahan dari dalam, kemudian muncul untuk menguasai.”
Pria yang pernah menulis buku berjudul Mewaspadai Kebangkitan Komunis ini mengaku memahami metode gerakan PKI karena pada tahun 1965 ia di menjadi aktivis HMI dan mempelajari tentang komunisme.
“Karena dikejar-kejar PKI, maka anak-anak HMI mempelajari tentang komunisme, maka kemudian jadi paham bagaimana cara mereka beraksi,” kisahnya.
Ia pun mengungkap bahwa Gafatar merupakan metamorfosis dari Al-Qiyadah Al-Islamiyah pimpinan Ahmad Musadeq yang kemudian dibekukan pada tahun 2007. Setelah itu sekitar tiga tahun berikutnya muncul lagi dengan nama Komar (Komunitas Millah Abraham), dan dinyatakan sesat lagi oleh MUI. Lalu muncul kembali dengan nama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Dan setelah menjadi Gafatar, gerakannya kamuflasif dan silent sekali. Mereka menggunakan Pancasila sebagai bendera, yang itu entah memang diyakini atau hanya kamuflase semata.
“Mereka memakai bendera Pancasila, maka siapa yang mau menolak. Makanya wajar kalau mereka dapat dukungan dari nama-mana, “ terang pria ramah ini sambil menunjukkan sebuah tabloid yang berisi dukungan dan bantuan dari berbagai kalangan kepada Gafatar. [IB]