YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Menurut Jayimah, tetangga rumah yang berhadapan dengan bekas kontrakan pengikut Gafatar, dirinya belum pernah menyaksikan para pengikut Gafatar yang biasa beraktifitas di situ melakukan ibadah umat Islam. Ia mengiformasikan hal ini kepada Panjimas.com saat mendatangi lokasi, di Kadisoka RT 02 RW I, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Selasa siang (12/1/2016).
“Pas Ramadhan kemarin, waktu kami berangkat tarawih, di sini ramai orang tapi nggak tarawih. Malah yang saya lihat, waktu jajan roti siang-siang langsung dimakan,” kata wanita yang membuka warung di rumahnya.
Ketua RT setempat, Dwi Sutarmanto, menambahkan bahwa shalat Jum’at pun mereka tidak melaksanakan.
“Jum’atan saja tidak. Padahal itu kan wajib bagi laki-laki,” katanya pada saat yang sama.
Di dalam rumah milik Subardi, warga Maguwoharjo yang dikontrak atas nama dua pemuda pada awal 2014, yang ternyata pengikut Gafatar tersebut, Panjimas.com tidak menemukan simbol-simbol agama tertentu. Hanya, di teras rumah ada patung garuda khas Bali berbahan kayu yang menurut informasi Dwi, itu digunakan sebagai tanda ada tidaknya orang di dalam rumah.
“Kalo ditinggal ditaruh di sini (tengah teras, Red.), kalo ada orang dikembalikan lagi ke pojok sini,” terangnya.
Dan di dalam salah satu ruangan di bagian tengah bangunan, Panjimas.com menemukan poster besar berisi butir-butir P4, peta DIY, dan Garuda Pancasila yang kesemuanya sudah berada di lantai menyandar ke tembok. Selebihnya hanya perabotan yang rusak dan sampah-sampah plastik. [IB]