YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Pengasuh Ponpes Nurul Ummahat, Yogyakarta yang sekaligus Ketua FKDM (Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat) Yogyakarta, menyimpulkan bahwa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan proyek operasi intelijen.
“Itu jelas sekali proyek operasi intelijen untuk mengacak-acak orang Islam,” simpulnya, saat diwawancarai Panjimas.com, Selasa siang (12/1/2016) di kediamannya di kawasan Kotagede.
Kesimpulan ini didasarkan pada kenyataan bahwa saat deklarasi Gafatar DPD DIY di Hotel Mustika Sheraton pada tahun 2013 secara besar-besaran. Waktu itu KH Abdul sudah mengingatkan para tokoh untuk tidak ikut. Ia pun sudah melakukan komplain ke Polri, mengapa diberi izin. Namun ternyata pusat sudah memberi jalan.
“Waktu itu saya sudah mengingatkan teman-teman, anda sekalian jangan ikut. Saya sampai komplain ke Polri kenapa diberi izin? Terus Kabareskrimnya waktu itu Pak Naryono bilang, katanya itu semua sudah dari atas. Ya makanya itu jelas sekali proyek operasi intelijen untuk mengacak-acak orang Islam,” rincinya.
Kiai yang hobi membaca ini juga menginformasikan, dirinya tahu persis bahwa pengurus-pengurus Gafatar merupakan target operasi intelejen.
“Pengurus-pengurusnya saya lacak adalah TO intelijen, saya tahu persis itu. Mereka TO dalam gerakan ekstrimis,”imbuhnya. [IB]