DAMASKUS, (Panjimas.com) – Warga Madaya di Suriah, terpaksa memakan dedaunan dan bahkan rumput untuk bertahan hidup. Daerah tempat mereka tinggal telah diblokade oleh pasukan rezim Assad dan pasukan Syiah Hizbullah, yang menanam ranjau darat di sekelilingnya, hingga warga kesulitan mendapatkan pasokan makanan, dilansir oleh The Independent.
Sebanyak 40.000 orang di pemukiman Suriah, Madaya, dikepung dan dipaksa untuk makan dedaunan dan kelopak bunga untuk bertahan hidup setelah mereka memakan semua anjing liar kota dan kucing, dan tak ada hewan yang tersisa.
Foto dan video yang diambil di dalam tempat yang sebelumnya resort untuk berlibur, menunjukkan mayat laki-laki, perempuan dan anak-anak yang telah meninggal karena kelaparan karena pengepungan Madaya telah memasuki bulan ke-6.
Musim dingin Suriah telah mencengkeram kota, pasokan listrik dan sumber makanan menipis bahkan hampir tak ada yang tersisa.
Tentara-Tentara yang loyal kepada Presiden Suriah yang diperangi Bashar al-Assad dan anggota milisi Syiah Hizbullah Lebanon terus mengelilingi dan mengepung kota, memotong pasokan makanan dan minuman segar serta mencegah warga melarikan diri dengan menempatkan ranjau-ranjau darat di wilayah sekitar pedesaan.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), hari Rabu (06/01/2016), mengatakan, selama bulan lalu, ada sedikitnya 23 warga Madaya, sekitar 25 kilometer dari kota Damaskus, tewas akibat kelaparan, mengutip Al Jazeraa
Warga Madaya menderita kekurangan gizi dan kesulitan mendapatkan bahan bakar serta obat-obatan sejak diblokade oleh pasukan Rezim Assad, Juli lalu.
Satu gambar yang di-share melalui Facebook menunjukkan seorang warga putus asa mempersiapkan untuk menggorok tenggorokan kucing sementara foto lain menunjukkan anak kurang gizi makan kaldu yang terbuat dari daun pohon zaitun dan air.
Abu Abdul Rahman mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia belum makan selama 4 hari terakhir.
“Tidak ada lagi kucing atau anjing yang hidup di kota. Bahkan dedaunan pohon yang telah kita makan telah menjadi langka, “kata warga setempat, Abu Abdul Rahman kepada Al Jazeera.
“Menggambarkan situasi yang tragis ini sekedar menyeka kenyataan yang ada di lapangan,” tambahnya.
Situasi ini begitu membuat putus asa sehingga para warga yang kelaparan menghabiskan hari-hari mereka berusaha untuk tidak bergerak dalam upaya untuk menghemat energi. Dengan suhu yang turun drastis saat musim dingin, Palang Merah mengatakan penduduk setempat telah dipaksa untuk membakar plastik untuk tetap hangat, mendekatkan diri ke uap atau asap api.
Menurut Observatorium Suriah, sedikitnya ada 300 anak di Madaya yang menderita kekurangan gizi.
Aktivis lokal mengatakan, sekitar 40 ribu warga Madaya kesulitan mendapatkan makanan dan obat-obatan.
Sebanyak 40 ribu penduduk kota mengkonsumsi beberapa hewan tersisas di kota, banyak dari mereka telah beralih memakan rumput dan kelopak bunga untuk memberikan nutrisi dasar.
Sementara itu, ahli medis di Madaya menyatakan bahwa warga “memakan rumput untuk bertahan hidup”.
Meskipun hal ini mungkin saja cukup untuk menjaga beberapa orang dewasa yang sehat hidup, tetapi anak-anak, orang tua dan orang sakit sedang sekarat setiap harinya.
“Kami tak dapat menyediakan ASI dan susu bagi para balita,” keluh Dr. Khaled Mohammed kepada kantor berita Jerman, Deutsche Presse. “Hari ini, seorang bocah 10 tahun tewas karena kekurangan gizi.”
Harga 1 kilogram beras, makanan pokok Madaya, telah meningkat menjadi mengejutkan sangat mahal sekitar £ 170 pounds – jauh melampaui budget dari semua penduduk.
Dr Mohamad Youssef, yang bertindak sebagai manajer dewan medis di Madaya, kepada Sky News mengatakan bahwa setiap hari 2 atau 3 warga meninggal karena kelaparan.
“Korban yang tewas telah sangat mengejutkan, sebagian besar adalah orang tua, perempuan dan anak-anak,” katanya. “Staf medis berada dalam situasi siaga dan darurat 24 jam tiap harinya. Mereka menerima orang-orang yang sakit parah dan pingsan tiap jamnya – siang dan malam, “tambahnya
Tentara yang loyal kepada rezim yang diperangi, Bashar al-Assad dan para anggota milisi Syiah Hizbullah Lebanon telah mengepung Madaya selama 6 bulan
Madaya terletak hanya 15 mil dari ibukota Suriah, Damaskus, di mana merupakan markas utama rezim Assad
Pada pertengahan Oktober, lebih dari 20 truk diizinkan untuk memberikan pasokan medis dan kemanusiaan untuk Madaya tetapi barang-barang itu saat ini sudah habis. Situasi telah memburuk secara signifikan sejak itu, yang berarti pengiriman bantuan makanan dan obat-obatan yang berskala besar dan frekuensinya lebih sering sangatlah diperlukan. [IZ]