SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Fitnah Metro TV yang menyebutkan bahwa organisasi Kompak dan pengurusnya yaitu Ustadz Aris Munandar adalah jaringan teroris Indonesia mendapat protes keras dari Pimpinan Dewan Dakwah Jawa Tengah tersebut.
Sebelumnya pada tanggal 3 Januari 2016 Metro TV menayangkan acara yang diberi nama NSI (News Story Insigh) dalam acara tersebut dikupas tentang gerakan terorisme sebelum ISIS muncul.
“Menurut saya Metro TV mengigau” ujar Ustadz Aris Munandar kepada panjimas.com saat ditemuai di Kantornya di Pabelan Kartasura. Jumat (8/1/2016).
Selain itu Ustadz Aris menilai bahwa Metro TV merupakan media yang ingin mencari sensasi saja. Karena tidak mau melakukan cros cek dan juga cover both side.
“Jika fitnah ini terus dimunculkan bukan tidak mungkin Metro TV menjadi media yang memprovokasi munculnya orang melakukan gerakan radikal itu sendiri. Sebab banyak umat Islam yang tidak terima dan marah.”tambahnya.
Selanjutnya jika Metro TV tidak berhenti melakukan fitnah dan kebohongan publik maka Ustadz Aris berencana untuk membahwa persoalan ini ke ranah hukum.
Dalam keterangannya Ustadz Aris juga menceritakan sejarah mengapa Kompak dirikan.
“Kompak itu singkatan dari Komite Penanggulangan Krisis yang didirikan oleh Dewan Dakwah sebagai badan yang menagani bantuan kemanusiaan”
Awalnya tahun 1999 ustadz Ali Fauzi yang merupakan pimpinan Dewan Dakwah Ambon melaporkan ke pimpinan Dewan Dakwah Pusat jika telah terjadi pembantain umat Islam yang dilakukan oleh RMS (Republik Maluku Selatan) yang dipimin oleh Obet.
Ratusan umat Islam dibunuh saat merayakan Idul Fitri di Masjid Al Falah. Mereka ditembaki di halaman Masjid dari berbagai arah.
Mendengar persoalan tersebut kemudian Kompak mengumpulkan sejumlah bantuan yang berisi kebutuhan pokok untuk dikirimkan ke daerah tersebut.
Namun ternyata dalam perjalanannya anggota Kompak diserang dan bunuh oleh gerakan RMS dengan berbagai macam senjata.
Untuk melindungi diri dan menyelamatkan bantuan maka anggota Kompak juga melawan dengan senjata seadanya. Sehingga terjadilah pertikaian.
Konflik tersebut kemudian meluas karena keterlibatan asing yakni Belanda dan Amerika dalam mendukkung RMS. Tak hanya itu aparat sendiri terbelah menjadi dua. Ada yang mendukung kaum muslimin dan yang satu mendukung Obet atau RMS
Belum selesai terkait persoalan tersebut muncul lagi masalah baru. Ada pebantaikan masal di Maluku Utara tepatnya di Gelela. Lebih dari 700 umat Islam dibakar didalam masjid.
“Ironisnya, sampai sekarang Komnas HAM atau pemerintah tidak bergerak padahal itu merupakan kejahatan kemanusiaan luar biasa.” Katanya.
Karena kondisi itulah sebagai lembaga kemanusiaan Kompak lantas juga membantu ke Maluku Utara.
Belum selesai persoalan tersebut terjadi pembantaian lagi di Masjid Walisongo Poso oleh Fabianus Tibo cs bagaimana umat Islam dibantai begitu sadisnya..
Umat Islam tersebut disuruh memilih murtad atau tidak. Jika tidak mau kepalanya dipenggal dihadapan ratusan orang.
“Saya bertanya kalau sebagai manusia mendengar kebiadaban tersebut bagaimana, apa diam?”
Tetapi meski fakta mengatakan demikian. Aparat pemerintah sendiri seakan tutup mata bahkan telah melakukan distorsi sejarah.
Sekali lagi umat Islam dalam hal ini menjadi korban. Tapi mengapa yang ditangkapi oleh aparat hanya umat Islam sedangkan pimpinan RMS tidak tersentuh hukum sampai sekarang.
“Sejujurnya yang ingin merusak NKRI itu RMS dan Fabianus Tibo cs. Sedangkan umat Islam sangat mendukung NKRI karena merupakan cita-cita luhur para pejuang termasuk Muhammad Natsir pimpinan Dewan Dakwah saat itu.”
Ustadz Aris Munandar menambahkan tahun 2002 Kompak dan Dewan Dakwah kemudian menarik diri dari Ambon. Dan diputuskan untuk tidak melakukan perlawanan fisik karena sudah tidak dibutuhkan. Karena aparat sudah bisa menangani keadaan.
“Untuk itulah sejak 2002 sampai sekarang ini terjadilah fitnah besar terhadap Kompak yang disebut dengan gerakan radikal.” Keluhnya.
Maka kalau muncul nama Kompak bukan lagi milik Dewan Dakwah. Kemungkinan ada oknum masyarakat yang menyalahgunakan.
“Jika Metro TV yang datang belakangan mengatakan seperti itu menurut saya mengigau. Dan jika terus mengatakan Kompak adalah organisasi radikal itu berarti kontraproduktif.”
Sisi lain Kompak di masa lalu juga merupakan salah satu tim dari Jusuf Kalla yang bertujuan untuk mendamaikan dari kelompok-kelompok yang ada. Dan Kompak juga mendapat penghargaan dari Jusuf Kalla.
“Sehingga aneh jika mengatakan kalau Kompak itu organisasi jaringan teroris. Kalau tidak percaya silahkan tanya ke yang bersangkutan mumpung Jusuf Kalla masih ada silahkan di cros cek.” Tutupnya.[RN]