JAKARTA, (Panjimas.com) – Invasi militer Rusia ke wilayah Suriah sejak malam 30 September 2015 telah memperburuk kondisi kemanusiaan di Suriah. Alasan Rusia untuk masuk ke Suriah dengan dalih memerangi terorisme, justru bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Ribuan warga sipil tewas. Ratusan Wanita dan anak-anak meregang nyawa.
Tak pelak, agresi Rusia hanyalah menambah amunisi untuk melanggengkan kejahatan HAM yang dilakukan diktator Bashar Assad. Demikian release yang dikirimkan oleh Aliansi Merah Mutih Peduli Suriah ke redaksi Jumat (8/1/206).
Aliansi Merah Putih Peduli Suriah merupakan gabungan dari berbagai ormas Islam seperti Forum Indonesia Peduli Syam, Majelis Az-Zikra, Sinergi Foundation, Sapa Islam, Road 4 Peace, Auction4Humanity, Charity4Syria, Human Right Care for Palestine, Islampos Aid, Mahasiswa Pecinta Islam, Syam Organizer, KAMMI, Sahabat Al Aqsha, Sahabat Suriah, Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC), World Human Care, Hilal Ahmar Society Indonesia, Tim Pengacara Muslim.
Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mencatat, 55.219 orang telah tewas akibat tragedi kemanusiaan di Suriah sejak 1 Januari sampai 31 Desember 2015. Warga sipil menempati jumlah korban terbanyak, lebih dari 20.000 orang.
Banyak dari mereka mengalami cacat permanen, ratusan ribu anak-anak menjadi yatim piatu, lebih dari setengah populasi Suriah mengungsi sejak perang berkecamuk di sana.
Amnesty International mencatat, akibat agresi Rusia sedikitnya 100 ribu orang telah melarikan diri dari Aleppo, sementara 1.000 lainnya melarikan diri ke sebuah kamp pengungsi di pinggiran kota Atma, Idlib.
Indikasi banyaknya korban sipil dari serangan Rusia ke Suriah memang sudah terlihat sejak serangan pertama. Sebanyak 35 warga menjadi korban di Idlib pada malam 30 September 2015.
Bahkan serangan terbesar terjadi di Provinsi Idlib, 49 warga Sipil pada 29 November 2015 meninggal dunia secara bersamaan setelah tiga misil menghantam satu pasar di Ariha.
Selain membunuh warga sipil, serangan Rusia juga menyasar fasilitas medis dan konvoi kemanusiaan. Di Idlib, Aleppo, dan Hama, Rusia membombardir instalasi kesehatan.
Akibatnya, rumah sakit dan ambulans hancur. Para dokter, perawat, staf rumah sakit dan pasien pun turut tewas dalam serangan Rusia. Bahkan, pada akhir November 2015 lalu, pesawat-pesawat tempur Rusia menyerang konvoi bantuan kemanusiaan wilayah Aleppo yang berusaha memberikan pasokan kepada para pengungsi.
Maka diamnya masyarakat Internasional atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Suriah, akan mendorong lagi para penjahat untuk membunuh manusia dan kemanusiaan. Sudah seharusnya Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki sikap nyata untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Suriah.
Mencermati kondisi di atas, Aliansi Merah Putih Peduli Suriah memberikan pernyataan sikap,
“Mengutuk intervensi militer Rusia ke Suriah yang telah memperburuk kondisi kemanusiaan di Suriah.” Ujar Koordinator Aliansi Merah Putih Peduli Suriah Wisnhu Teguh Tri Kuncoro
Menolak klaim Rusia yang masuk ke Suriah untuk memerangi kelompok tertentu, padahal faktanya korban terbesar dari serangan Rusia justru adalah rakyat sipil.
Selanjutnya, menuntut Rusia untuk menghormati hak-hak sipil rakyat Suriah yang dilindungi Hukum Internasional. Mendesak agar Rusia menghentikan invasi militernya di Suriah karena terbukti telah menghancurkan kondisi kemanusiaan di Suriah, dan membunuh ribuan warga sipil.
Aliansi Merah Putih Peduli Suriah juga mendesak Mahkamah Pidana Internasional untuk menyeret Vladimir Putin ke pengadilan internasional sebagai penjahat perang dan kemanusiaan. [RN]