BANGKOK, (Panjimas.com) – Thailand mulai lirik pengembangan keuangan Islam, mengutip Associate Profesor Universitas Yala Rajabhat di Thailand, Kumajdi Yamirudeng, mengatakan bahwa aspek halal pada perekonomian tidak semata-mata pada produk, melainkan juga dari sisi keuangan, sebab produk halal perlu disokong pendanaan halal.
Lebih lanjut menurut Kumajdi, pengembangan keuangan syariah sejalan dengan Program Pembangunan Thailand ke-11, yaitu promosi produk dan ekonomi halal yang terintegrasi. Hal ini tak lepas dari pembelajaran Negeri Gajah Putih dari masa lalu.
Mengutip Surat Kabar Republika, Jika dahulu Thailand berfokus pada produk pangan halal, maka saat ini dengan berkembangnya masyarakat, produk halal di sektor jasa juga sangat dibutuhkan masyarakat. “Thailand perlu sadar akan perubahan yang ada”, kata Profesor Kumajdi Yamirudeng dalam Forum Thailand Halal Assembly 2015, beberapa waktu lalu.
Perwakilan Badan Pengembangan Sosial dan Ekonomi Nasional Thailand (NESDB), Kittipol Chotipimai, menyatakan “di sisi keuangan, Negara-Negara Islam penghasil minyak membutuhkan alat investasi yang sesuai syariah. Jika bisa berhasil menariknya, maka Thailand bisa meraih likuiditas besar. “Industri halal bisa menjadi pemikat investasi itu, ujarnya, “Malaysia dan Indonesia bisa jadi contoh pengembangan keuangan Islam”, pungkasnya.
Untuk diketahui, dengan populasi sekitar 700 juta penduduk Muslim, pasar produk halal terbesar ada di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Dengan dideklarasikannya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), pada akhir 2015 ini yang mengusung pasar tunggal dan pusat produksi tunggal, Thailand makin siap dengan segala potensinya.
Pemerintah Thailand juga menaruh perhatian khusus pada ekonomi digital, yang juga dibutuhkan pula oleh produk halal. Meski potensi kecurangan dalam ekonomi digital tetap ada, Pemerintah Thailand melihat peluang pasar sangat terbuka.
Berdasarkan data States of Global Islamic Economy 2015 , asset keuangan Islam global pada tahun 2014 mencapai 1,81 triliun dollar AS atau naik 160 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya. Diperkirakan asset keuangan Islam akan mencapai 3,247 triliun dolar AS pada tahu 2020.
Pada 2014, asset keuangan Islam dikontribusikan antara lain oleh perbankan dengan asset 1,346 triliun dolar AS, takaful 33 miliar dolar AS, dan sukuk 295 miliar dolar AS. Negara-negara utama industry ini masih didominasi Negara-negara kawasan Timur Tengah dan Malaysia.
Standar Halal
Director of Central Islam Council of Thailand (CICOT), Ismail Ali, menjelaskan bahwa halal menjadi standar semua Muslim untuk semua aspek. Dengan standar yang sama, halal dinilai member kemudahan daria aspek ekonomi. Lebih lanjut, Islami Ali mengatakan berbeda dengan Agama dan kepercayaan lain,dalam Islam, kultur berawal dari keyakinan.
Menurut Ismail Ali, “itu sebabnya, dimana pun Muslim berada, mereka mempunyai kultur dan kebutuhan yang sama, yaitu halal. Konsep halal yang dijalankan umat Islam pun tak hanya soal makanan, tetapi juga keuangan, cara berpakaian, dan aneka aspek lainnya,” pungkasnya
“untuk produk halal, Thailand berpotensi jadi dapur halal dunia, apalagi pertumbuhan Muslim demikian cepat.”, kata Ismail Ali, Director of Central Islam Council of Thailand (CICOT).
Pertumbuhan Muslim Thailand
Mengutip Buku The Muslims of Thailand, karya Michel Gilquin, menurut angka Sensus pemerintah Thailand di tahun 2000 saja menunjukkan jumlah Muslim mencapai 4,6 persen dari total penduduk, sementara menurut Asian Correspondent jumlah Muslim mencpai antara 5-6 persen total populasi.
Di provinsi-provinsi selatan Thailand, populasi Muslim Melayu melebihi 70 persen dari seluruh populasi. Tiga perempat (3/4) dari Muslim tinggal di selatan Thailand, di mana Muslim merupakan mayoritas dari seluruh penduduk. Misalnya, di provinsi – Patani, Narathiwat, Satun, dan Songkha, tepat di perbatasan Malaysia sekitar 75-85 persen adalah Muslim . Sementara, Muslim yang tinggal di provinsi seperti Trang dan Phangnga, hanya sekitar 35-50 persen. Menurut statistik, ada sekitar 6 juta Muslim yang tinggal di bagian selatan Thailand.
Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu sangat terasa di daerah selatan Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Mengutip Asian Correspondent dalam artikel “Islamization of Thailand”, Kebanyakan Muslim di Thailand adalah Sunni mengikuti Madzhab Syafi’i, meskipun ada sejumlah kecil pengikut Madzab Hanafi, dan kelompok Syiah di sekitar area Thornburi. Juga kelompok kecil menyimpang seperti Al-Arqam, yang dilarang di Malaysia, namun berkembang di Thailand.
Kekuasaan militer cenderung menekan umat Islam di Selatan selama beberapa tahun, di mana pemerintah Thailand suka meng-kambing hitamkan dan menyalahkan umat Muslim untuk berbagai permasalahan di sana. penggambaran seorang Muslim berkulit gelap ‘khaeg’ di wilayah selatan telah berubah secara radikal di Thailand. Akibatnya diskriminasi kerja sekarang jauh lebih sedikit terhadap umat Islam saat ini dan sejumlah Muslim dapat bekerja di kantor di pemerintahan, polisi, dan militer.
Urusan Islam dikoordinasikan oleh Dewan Pusat Islam Thailand yang memiliki 5 anggota dewan yang ditunjuk oleh Raja. Badan ini menghubungkan pemerintah dan masyarakat Islam, di mana urusan pendidikan, pembangunan masjid, dan Ibadah Haji ke Mekah difasilitasi.
Di bawah Dewan Pusat Islam ada Dewan tingkat provinsi. Saat ini ada 38 komite Islam provinsi secara nasional, yang mengatur banyak isu-isu Islam lokal dalam komunitas mereka masing-masing. Banyak komite mengoperasikan sekolah-sekolah Islam yang mengajarkan baik kurikulum nasional dan Islam.
Ada tanda-tanda dari Islamisasi lebih dalam di seluruh Thailand, dari pusat perbelanjaan di mana lebih banyak ditemukan perempuan berjilbab, banyaknya Masjid baru dan sekolah-sekolah Islam yang bermunculan. Banyak rumah tangga Muslim menampilkan ayat-ayat dari Al Quran di luar rumah mereka
Beberapa pengaruh ini seperti di Chiang Mai yang memiliki akar sejarah yang sangat tua, namun di tempat lain, peningkatan yang sangat nyata dalam kehadiran Muslim dapat dirasakan dengan bermunculannya restoran Muslim untuk memenuhi kebutuhan pemukim Muslim baru di banyak daerah.
Dari perspektif bisnis, Thailand telah menjadi sangat inovatif dalam sektor perdagangan melalui pengembangan pariwisata syariah, hotel dan resor syariah, perbankan syariah, keuangan mikro syariah, perumahan dan kondominium proyek ‘Halal’, serta makanan dan produk minuman. Ada kesadaran umum berkembang di kalangan pengusaha Muslim tentang peluang bisnis yang etis, dengan memanfaatkan ‘Tauhid’ sebagai model etika bisnis. [IZ]