JAKARTA, (Panjimas.com) – Setiap pergantian tahun, umat Islam tanpa kecuali ‘’dipaksa’’ untuk menerima suasana Natal dan Tahun Baru yang di-setting sedemikian rupa. Di pusat perbelanjaan, di kantor-kantor swasta maupun pemerintahan, dua kata itu masif dijejalkan. Celakanya, sebagian orang Islam dengan entengnya juga ikut merayakannya. Yang menolak ikut, dicap intoleran.
Demikian disampaikan Dr Daud Rasyid dalam pengajian lepas dhuhur di Masjid At Taqwa Kantor PLN Pusat, Jakarta Selatan, Selasa (29/12).
Pakar Ilmu Hadits itu juga menyoroti peredaran terompet berbahan kertas sampul Kitab Al Qur’an beberapa waktu lalu. Peraga yang biasa digunakan untuk histeria menyambut tahun baru Masehi itu, ditemukan di sejumlah outlet Alfamart di Jawa Tengah.
Daud Rasyid yang alumnus Universitas Al Azhar Mesir, mengingatkan, kelakuan pedagang tersebut merupakan bentuk pelecehan terhadap Islam dan umatnya.
“Tapi kalau kita protes, kita malah diimbau-imbau agar tidak terprovokasi. Kita diberi pil tidur biar iman kita lemah dan ghiroh juang kita padam,’’ ujar dosen UIN tersebut.
Daud Rasyid menegaskan, umat Islam harus menunjukkan ‘izzah agar tidak terus disepelekan dan dilecehkan. Ia memberi contoh, pada 24 Desember lalu dirinya diajak makan di sebuah rumah makan terkenal di Medan. Sesampainya di tempat, meja dan hidangan pembuka yang dipesan panitia, sudah siap.
Namun, Daud Rasyid menolak makan di situ dan minat pindah tempat. Pasalnya, para pegawai rumah makan tersebut mengenakan atribut sinterklas. ‘’Saya tidak mau ikut dibodohi. Kita punya prinsip,’’ tandas Daud Rasyid.
Usai pengajian, dilangsungkan prosesi penglepasan da’i Dewan Dakwah. Sebanyak 19 da’i fresh-graduate alumni STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) M Natsir akan menyusul 3 kakak kelas mereka yang sudah lebih dulu bertugas di Atafufu Nusa Tenggara Timur, Penajam Kalimantan Timur, dan Cirebon, Jawa Barat.
Sembilanbelas da’i baru ini akan ditempatkan antara lain di Pulau Seram Maluku, Pulau Terong Riau, Sikakap Mentawai, Pulau Buru Maluku, Pulau Meranti Kepri, Pulau Komodo NTT, Nias, Tanah Karo, dan Pulau Enggano Bengkulu.
Pengabdian mereka didukung oleh Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Perusahaan Listrik Negara (Lazis PLN).
Kepada para da’i, Daud berpesan agar menyampaikan materi dakwah sesuai kadar ummat setempat. ‘’Jangan langsung membahas masalah khilafiyah ibadah. Ajarkan yang prinsip-prinsip dulu saja,’’ katanya.[RN]