PARIS, (Panjimas.com) – Hari Sabtu (26/12/2015), Puluhan warga Corsica marah dan melakukan protes di pulau Mediterania itu, sehari setelah aksi perusakan dan pembakaran buku-buku doa serta salinan Al-Quran oleh Sekelompok massa demonstran di sebuah Masjid di pulau Corsica, Prancis, dilansir oleh International Islamic News Agency.
Berbagai kecaman mengalir dari otoritas komunitas Muslim dan para pejabat Prancis atas protes anti-Arab hari jumat (25/12/2015), dimana dilaporkan sekitar 100 demonstran berteriak “We’re still here” (“Kami masih di sini”) di Jardins de l’Empereur sebuah lingkungan berpenghasilan rendah di ibukota Ajaccio dimana insiden kekerasan Natal berlangsung.
Meskipun kehadiran polisi cukup banyak, salah seorang demonstran berhasil menghancurkan 3 pintu masuk kaca di Jardins de l’Empereur sebuah perumahan yang bertengger di lereng bukit Ajaccio dimana pengunjuk rasa berteriak “This is our home!” (“Ini rumah kami!”).
Protes Sabtu itu ditujukan untuk mengecam kekerasan terhadap polisi dan petugas pemadam kebakaran di lingkungan Jardins de l’Empereur.
Seperti diberitakan sebelumnya 2 petugas pemadam kebakaran tewas dan polisi terluka saat kamis malam pada malam Natal setelah kebakaran itu “sengaja dinyalakan untuk menyergap polisi dan petugas pemadam kebakaran”, demikian menurut pejabat setempat Francois Lalanne.
Seorang petugas pemadam kebakaran di lokasi kejadian mengatakan pemuda bertudung (hood) yang menyerang petugas itu berteriak pada mereka: ” “Scram, Corsicans, you’re not at home here!”, (Enyahlah dari sini Corsicans !, ini bukanlah rumah kalian”).
Pada Jumat sore, 600 orang telah berkumpul di depan markas kepolisian di Ajaccio untuk menunjukkan dukungan bagi polisi dan petugas pemadam kebakaran. Akan Tetapi beberapa diantaranya sekitar 300 orang memisahkan diri dari kelompok massa itu dan mereka menuju perumahan dimana insiden kekerasan terjadi kemudian mereka meneriakkan slogan-slogan rasialisme dalam arti Korsika “Orang Arab keluar!” atau “Ini rumah kami!”, demikian menurut laporan seorang koresponden AFP.
Kelompok demonstran yang marah itu lalu menggeledah ruang ibadah di sebuah Masjid, menghancurkan pintu kaca dan membakar buku-buku doa juga sebagian buku termasuk salinan Al-Quran, kata pejabat daerah Francois Lalanne.
“50 buku-buku doa dilempar keluar di jalan,” kata Francois Lalanne, menambahkan bahwa beberapa halamannya juga dibakar.
Beberapa orang dari kelompok tersebut melakukan aksi coret-mencoret dan merusak ruang ibadah di Masjid.
Perdana Menteri Perancis, Manuel Valls menulis di akun Twitter bahwa penggeledahan paksa dan aksi perusakan merupakan “sebuah penodaan yang tidak bisa diterima”, sementara juga mengutuk “serangan yang tak bisa ditolerir pada petugas pemadam kebakaran yang tewas dan polisi yang terluka.
Perdana Menteri Manuel Vallss juga meminta hukum ditegakkan atas kerusuhan tersebut dan menyebut serangan itu sebagai suatu hal yang tak bisa ditolerir.
Anouar Kbibech, Presiden Dewan Muslim Perancis, French Council of the Muslim Faith (CFCM), mengatakan pihaknya telah mempelajari serangan Masjid itu dan pembakaran terhadap “beberapa salinan Al-quran” dan merupakan kondisi yang berbahaya dan menyedihkan.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve mengatakan serangan di ruang ibadah Muslim di Masjid Corsica menunjukkan tanda-tanda “rasisme dan xenofobia”.
Cazeneuve juga mengutuk serangan terhadap aparat penegak hukum dan keamanan di Corsica, mengatakan bahwa ia berharap “aktor pelaku kekerasan akan dapat diidentifikasi dan ditangkap sesegera mungkin.”
Penilaian negatif dan respon anti-muslim meningkat di Prancis setelah serangan Paris 13 November lalu. [IZ]