JAKARTA, (Panjimas.com) – Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Perusahaan Listrik Negara (Lazis PLN) senantiasa mendukung Program Dakwah Pedalaman yang merupakan program utama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Dukungan itu dipertegas melalui acara penglepasan dai Dewan Dakwah di Masjid At Taqwa Kantor PLN Pusat, Jakarta Selatan, Selasa (29/12).
Sebanyak 19 da’i fresh-graduate alumni STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) M Natsir akan menyusul 3 kakak kelas mereka yang sudah lebih dulu bertugas di Atafufu Nusa Tenggara Timur, Penajam Kalimantan Timur, dan Cirebon, Jawa Barat.
Sembilanbelas da’i baru ini akan ditempatkan antara lain di Pulau Seram Maluku, Pulau Terong Riau, Sikakap Mentawai, Pulau Buru Maluku, Pulau Meranti Kepri, Pulau Komodo NTT, Nias, Tanah Karo, dan Pulau Enggano Bengkulu.
Hadir dalam acara tersebut, Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah Amlir Syaifa Yasin, Ketua Bidang Pendidikan Imam Zamroji, dan Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Ade Salamun beserta staf.
Selaku tuan rumah, hadir Pembina dan Ketua Lazis PLN yaitu masing-masing Hilmi Najamuddin dan Syamsurrijal Munif.
Turut melepas para da’i, pakar hadits Dr Daud Rasyid, yang memberikan taushiyah.
Hilmi Najamuddin mengatakan, program dakwah pedalaman sejalan dengan misi PLN yaitu menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
“Jika Dewan Dakwah melalui program dakwah pedalaman berupaya memeratakan syiar dakwah agama Islam, demikian pula kami PLN terus berusaha memeratakan aliran listrik di seluruh nusantara,’’ tuturnya.
Sedang Syamsurrijal Munif mengungkapkan, dari sekitar 43.000 karyawan PLN, sebanyak 75% sudah secara sukarela dipotong gajinya secara otomatis untuk zakat.
‘’Sebesar 80% zakat yang terhimpun didayagunakan di daerah-daerah, sedang yang dikelola pusat 20%,’’ terang Munif. Ia menambahkan, jumlah zakat terhimpun sekitar Rp 100 Milyar pertahun.
Kerjasama Lazis PLN dengan LAZIS Dewan Dakwah sudah berlangsung sejak lama. Selain di program dakwah pedalaman, juga pada program pembinaan penerima beasiswa Lazis PLN.
Ustadz Amlir Syaifa menuturkan, tahun ini Dewan Dakwah mengusung tema besar ‘’Selamatkan dan Bangun Indonesia dengan Dakwah’’ dengan program utama dakwah pedalaman.
Program tersebut terdiri pendidikan kader da’i, yang meliputi jenjang D-2 (diploma 2 tahun) yang diselenggarakan Akademi Dakwah Indonesia (ADI). Hingga 2015 sudah berdiri ADI di sejumlah kota seperti Sambas, Surakarta, Bandung, Lampung, dan Kupang.
Kemudian pendidikan da’i S-1 (strata 1 selama 4 tahun) yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir. Hingga 2015 sudah berdiri STID di Jakarta (Pusat), Surabaya, dan akan menyusul di Padang serta Aceh.
Sedangkan pendidikan dai S-2 (Strata 2) diselenggarakan melalui kerjasama dengan BAZNAS dalam Program Kaderisasi Ulama-Intelektual.
Para da’i tersebut kemudian diterjunkan ke lapangan melalui Program Kafilah Dakwah. Melalui program ini, Dewan Dakwah didukung para mitra kerjanya, menempatkan dan membiayai da’i-da’i baru bertugas di pedalaman Nusantara.
Untuk mendukung kerja para da’i, LAZIS Dewan Dakwah mengemas sejumlah program pengembangan masyarakat binaan, antara lainSaatnya Da’i Dibekali, Da’i Datang Desaku Terang, Da’i Datang Desaku Rindang, Da’i Datang Perbatasan Tenang, Ternak Sehat, Bantuan Pertanian, Wakaf Al-Qur’an, Pelatihan Iqra’, Wakaf Sumur buat Sedulur, Respon Darurat Korban Bencana Alam & Kemanusiaan, dan Qurban Multimanfaat.
Ustadz Daud Rasyid dalam ceramahnya mengatakan, keberadaan para da’i di pedalaman sangat urgen. Para juru dakwah inilah yang meningkatkan kualitas iman ummat dan mengadvokasi kepentingannya.
Daud Rasyid mengungkapkan, ia pernah ke Nias dan menyayangkan hanya ada 2 da’i Dewan Dakwah di sana. ‘’Dua da’i untuk Pulau Nias sangat tidak mencukupi, karena jumlah umat Muslim di Kota Gunung Sitoli saja sudah mencapai 22%,’’ paparnya.
Kepada para da’i, Daud berpesan agar menyampaikan materi dakwah sesuai kadar ummat setempat. ‘’Jangan langsung membahas masalah khilafiyah ibadah. Ajarkan yang prinsip-prinsip dulu saja,’’ katanya.[RN]