SOLO, (Panjimas.com) – Ketidak profesionalan Densus 88 dalam melakukan kinerjanya kembali dipertontokan. Kali menimpa GL dan NS, dua orang masyarakat biasa yang menjadi korban salah tangkap dan kekerasan. Kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa, (29/12/2015) menjelang sholat Dhuhur di depan SMU Al Islam Jl Honggowongso Solo.
Saat ditemui oleh reporter panjimas.com Selasa (29/12/2015) dilapangan, GL dan NS menceritakan kronologi kejadiannya.
“Saat itu terdengar suara adzan, sebagai seorang muslim saya lantas mengambil sepeda motor untuk pergi ke masjid. Namun saat berjalan beberapa menit satu mobil jenis Avansa, tiba-tiba menyrempet saya dan meminta untuk berhenti. Karena merasa tak punya salah saya juga bertanya apa salah saya. Bukan jawaban yang saya terima tetapi malah bentakan dan perlakukan kasar yang saya terima” ujar NS
Sambil pengeluarkan pistol beberapa orang yang keluar dari mobil tersebut langsung menodongkan ke kepala NS. Tak hanya itu ia juga langsung ditutup kepalanya menggunakan kain yang tebal hingga susah untuk bernfas karena kedua tangannya diborgol dibelakang.
Usai dimasukkan ke dalam mobil NS di kembali mendapatkan perlakukan yang tidak manusiawi. Sekali lagi karena merasa tak punya salah NS pun mencoba menenagkan diri.
Saat bersamaan itu pula GL yang juga mau pergi ke masjid untuk menunaikan sholat Dhuhur ia dibentak oleh beberapa orang berbadan kekar sambil menodongkan pistol dari jarak jauh dan membentaknya. Karena merasa tak ada urusan GL mencoba tak menghiraukan perintah tersebut dan langsung berjalan ke arah selatan.
Tepat didepan Toko Roti Tsabitsa di Jl Honggowongso itulah dengan cara yang sangat kasar sebuah mobil melaju sangat kencang dari arah selatan menabrak GL yang mengendarai motor Honda Vario dari arah utara. “Brak…..k” suara benturan pun terdengar cukup keras hingga masyarakat sekitarpun kaget. GL pun terpental ke aspal jalan.
“Usai ditabrak saya langsung disergap oleh beberapa orang, tangan saya diborgol dan kepala saya diinjak dengan kaki hingga menyentuk aspal jalan. Saya bingung kenapa diseperti itukan. Tetapi petugas tersebut terus membentak dengan sangat keras.” Ujar GL kepada panjimas.com.
“Kamu jangan sok jagoan tak sate di Mabes nanti” ujar GL menirukan pria kekar tersebut.
GL pun kemudian dimasukkan kedalam mobil yang didalamnya NS dan dibawanya ke sebuah tempat. Yang ternyata adalah Polsek Laweyan.
Petugas Polsek Laweyan yang saat itu berjaga pun tampak kebingugan dengan kedatangan rombongan dari Densus 88 tersebut.
Selang beberapa saat kemudian orang tua GL datang beserta adiknya yang saat itu juga menyaksikan kekerasan yang dilakukan oleh pasukan burung hantu tersebut terhadap kakaknya.
“Saya sempat ditanyai oleh petugas Densus 88 tentang anak saya. Ya saya katakan anak saya tidak pernah ikut kegiatan aneh-aneh. Dia hanya kerja dan kalau adzan terdengar langsung pergi ke masjid” ujar Heri orang tua GL kepada panjimas.com.
Karena tak punya cukup bukti kemudian Gl serta NS akhirnya dibolehkan untuk pulang. Anehnya Densus pun tak meminta maaf kedua korban tersebut. Padahal tangan serta wajah GL tampak memar karena terjatuh ke aspal.
Menurut petugas Polsek Laweyan memang benar keduanya ditangkap oleh Densus 88 namun sekali lagi karena tak memiliki cukup bukti maka keduanya dilepaskan. [RN]