PARIS, (Panjimas.com) – Sekelompok massa demonstran melakukan aksi coret-mencoret dan mengobrak-abrik ruang ibadah di sebuah Masjid di pulau Corsica, Prancis. Dalam aksi pada jumat malam (25/12/2015) itu, mereka bahkan membakar buku-buku doa dan beberapa salinan Al-Quran, demikian menurut sumber kepolisian, dilansir oleh France 24.
Aksi tersebut berlangsung pada hari Natal sehari setelah kamis malam sebelumnya insiden kekerasan terjadi yang menewaskan 2 petugas pemadam kebakaran dan polisi terluka dalam ketegangan akibat aksi beberapa pemuda di Jardins de L’Empereur, sebuah lingkungan berpenghasilan rendah di kota ketika mereka diserang oleh beberapa pemuda yang memakai hood (tudung), kata pihak berwenang
Media televisi setempat, France 3, juga memberitakan terkait kerusuhan tersebut. Aksi itu dimulai sejak Kamis malam (24/12/2015), saat petugas pemadam kebakaran menerima panggilan darurat terkait adanya serangan di Ajaccio. Bala bantuan dari petugas kepolisian pun diterjunkan ke lokasi untuk menghalau aksi tersebut, namun mereka pun mengalami cedera.
Diketahui, pada Jumat sore sekitar 150 orang berkumpul di depan markas kepolisian di ibukota pulau Corsica untuk menunjukkan dukungan bagi polisi dan petugas pemadam kebakaran, kata pejabat pemerintah setempat dalam sebuah pernyataan.
Tetapi beberapa orang dalam kerumunan massa tersebut memisahkan diri untuk bergabung dengan kelompok lain hingga sebanyak 600 orang menuju perumahan di mana insiden kekerasan terjadi kamis malam sebelumnya. Aksi dukungan itu memanas dan massa menjadi semakin beringas.
Kelompok massa demonstran itu menuju perumahan dimana insiden kekerasan terjadi kemudian mereka meneriakkan slogan-slogan rasialisme dalam arti Korsika “Orang Arab keluar!” atau “Ini rumah kami!”, demikian menurut laporan seorang koresponden AFP.
Kelompok demonstran yang marah itu lalu menggeledah ruang ibadah di sebuah Masjid, menghancurkan pintu kaca dan membakar buku-buku doa juga sebagian buku termasuk salinan Al-Quran, kata pejabat daerah Francois Lalanne.
“50 buku-buku doa dilempar keluar di jalan,” kata Francois Lalanne, menambahkan bahwa beberapa halamannya juga dibakar.
Beberapa orang dari kelompok tersebut melakukan aksi coret-mencoret dan merusak ruang ibadah di Masjid.
Polisi untuk tetap hadir berjaga di perumahan pada Jumat malam. Pejabat daerah setempat, Francois Lalanne, mengatakan bahwa polisi lokal telah menempatkan petugasnya di 5 tempat ibadah umat Muslim lain di Ajaccio, di bawah perlindungan dan mempertahankan kehadirannya di perumahan tersebut.
Mereka akan menerima bala bantuan dalam beberapa hari mendatang, tambahnya.
Perdana Menteri Perancis, Manuel Valls menulis di akun Twitter bahwa penggeledahan paksa dan aksi perusakan merupakan “sebuah penodaan yang tidak bisa diterima”, sementara juga mengutuk “serangan yang tak bisa ditolerir pada petugas pemadam kebakaran yang tewas dan polisi yang terluka.
Perdana Menteri Manuel Vallss juga meminta hukum ditegakkan atas kerusuhan tersebut dan menyebut serangan itu sebagai suatu hal yang tak bisa ditolerir.
Anouar Kbibech, Presiden Dewan Muslim Perancis, French Council of the Muslim Faith (CFCM), mengatakan pihaknya telah mempelajari serangan Masjid itu dan pembakaran terhadap “beberapa salinan Al-quran” dan merupakan kondisi yang berbahaya dan menyedihkan.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve mengatakan serangan di ruang ibadah Muslim di Masjid Corsica menunjukkan tanda-tanda “rasisme dan xenofobia”.
Cazeneuve juga mengutuk serangan terhadap aparat penegak hukum dan keamanan di Corsica, mengatakan bahwa ia berharap “ aktor pelaku kekerasan akan dapat diidentifikasi dan ditangkap sesegera mungkin.”
Penilaian negatif dan respon anti-muslim meningkat di Prancis setelah serangan Paris 13 November lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Hari Rabu [2/12/2015] Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve mengatakan bahwa Kepolisian Prancis telah menangkap 232 orang dan menutup 3 Masjid dengan menggunakan Undang-Undang Keamanan Darurat yang diberlakukan setelah Serangan Paris bulan lalu, demikian dilansir oleh France 24
Menteri Bernard mengatakan pihak Kepolisian telah menggerebek salah satu Masjid di Lagny-sur-Marne, yang terletak di daerah pinggiran timur kota Paris, pada awal Rabu pagi, yang menempatkan 9 Muslim sebagai tahanan rumah dan melarang Muslim lainnya meninggalkan Negara itu.
Cazeneuve mengatakan bahwa otoritas Kepolisian telah melakukan 2235 penggerebekan di seluruh negeri itu sejak insiden Serangan Paris 13 November lalu. Dia menambahkan bahwa pihak Kepolisian telah menyita 334 senjata, termasuk 24 senjata kelas militer.
Keuntungan Nasionalis Sayap Kanan
Pemerintah setempat termasuk Christophe Mirmand, pejabat tinggi di Corsica, juga berjanji akan menangkap mereka yang bertanggung jawab atas pecahnya kekerasan selama dua hari di pulau Mediterania itu.
Kekerasan Natal terjadi di tengah langkah-langkah keamanan ditingkatkan akhir-akhir ini pasca serangan Paris 13 November
Dalil Boubakeur, Rektor Masjid Agung Paris, mengatakan bahwa dirinya “kecewa dan sedih” dengan peristiwa di Corsica dalam penampilannya di media TV Prancis BFMTV, lalu menyerukan semua pihak untuk ” tetap tenang dan mendinginkan suasana”.
Sekitar 120.000 polisi Perancis, anggota unit bersenjata dan tentara dikerahkan pada malam Natal dan hari Natal.
Pulau Corsica adalah wilayah Perancis, yang telah mengadakan pemilukada awal bulan ini.
Kubu Nasionalis Corsica, yang menyerukan agar Corsica menjadi lebih Independence (merdeka) dari Perancis, telah memenangkan pemilu, dan merebut kekuasaan di sana untuk pertama kalinya.[IZ]