CIAMIS, (Panjimas.com) – Beredarnya kabar bahwa Ustadz Fauzan Al Anshari yang akrab di panggil Abi telah meningal dunia pada hari Rabu (16/12/2015) malam, ternyata meninggalkan duka yang mendalam dari kalangan kaum muslimin terutama keluarga beliau sendiri. Tidak di sangka-sangka, kepergiannya sangat cepat, sehingga banyak yang tidak percaya ketika mendapatkan kabar bahwa beliau telah meniggal dunia.
Ummi Olive, Istri yang mendampingi Ustadz Fauzan selama di Rumah Sakit, banyak menceritakan tentang Ustadz Fauzan ketika Ustadz Fauzan berada di Rumah sampai Ustadz Fauzan meninggal dunia.
Berikut penuturan Ummi Olive kepada Panjimas.com,
“Ustadz Fauzan itukan mulai sakit setelah pulang dari Jakarta, tanggal 5 Desember hari Sabtu. Jadi beliau itu kecelakaan. Seharusnya, beliau itu pulangnya tanggal 4 Desember hari Jum’at malam, karena di jalan ada kecelakaan, karena sudah mulai pusing, jadi sampai dirumah itu Sabtu siang. Di jalan itu beliau mobilnya menabrak portal jalan sampai spionnya pecah. Kemudian menabrak tronton yang lagi parkir di pinggir jalan sampai spionnya copot. Tapi, alhamdulillah beliau selamat.” Ujarnya.
Malam sabtu Ustadz Fauzan periksa ke dokter umum dan ternyata kata dokter tekanan darahnya tinggi 190. Setelah itu hanya di kasih obat biasa sama dokternya. Pas pulangnya, masih pusing sampai hari rabu, hari itu tanggal 9 Desember beliau ke NK dan hari Kamis puncak sakitnya beliau.
Kamis sore minta di antar ke Rumah Sakit tanggal 10 Desember. Pertama, di Rumah Sakit Mitra Idaman di diagnosa hipertensi sama vertigo, karena ngakunya pusing dan dokter pun belum melakukan city scan. Jadi, belum tahu kalau ada pembulu darah yang putus.
Umi Olive menambahkan, hari pertama masuk rumah sakit masih bisa berjalan, duduk normal seperti biasa. Hari kedua, kondisi kesehatan beliau semakin menurun, jalannya di tuntun. Hari ketiga, duduk saja sudah tidak bisa bangun. Hari keempat, akhirnya dokter bilang kondisinya semakin darurat, akhirnya di bawa ke ruang ICU. Dan pada hari keempat, beliau minta pulang, bahkan dengan monitor sudah di pasang di badan beliau, beliau sudah mau mencopotin monitor-monitor, infus-infus itu.
“Kalau abi mau pulang iya, tapi saya harus minta persetujuan pihak rumah sakit. Setelah di urus, beliau pun langsung pulang. Pulang hari Ahad tanggal 15 Desember dari rumah sakit. Kemudian, beliau di rumah sampai hari Senin.” Tambahnya.
Senin malam keluargadan anak-anaknya datang dan Ustadz di bawa ke rumah sakit lagi. Padahal ketika di rumah, alhamdulillah beliau bisa duduk, bisa bicara setelah dibekam dan di ruqiyah. Senin malam tanggal 14 Desember di bawa ke rumah sakit lagi. Sekarang di Rumah Sakit Umum Banjar.
Padahal Abi sudah bilang, ‘mohon hanya kepada Allah, minta kesembuhan hanya kepada Allah.’ Tetapi, anak-anaknya memaksa, ‘Abi harus di bawa ke Rumah Sakit!’. Padahal dengan isyarat itu sebenernya Abi itu enggak mau dibawa ke Rumah Sakit. Karena, di Rumah Sakit pertama beliau minta pulang. Akhirnya tetap dibawa senin malam itu ke Rumah Sakit.
Selasa malamnya saya ke Rumah Sakit, kondisi beliau semakin kritis, setelah diketahui dari city scan ternyata ada pembulu darah yang pecah di otak kanan. Jadi, otaknya beliau mengalami pendarahan, tensinya juga masih tinggi, detak jantungnya cepet dan ginjalnya bocor.
Rencana saya ke Rumah Sakit malam itu untuk membawa Ustadz pulang, tetapi terjadi cekcok dengan keluarganya, akhirnya beliau tetap di Rumah Sakit. Dan rencananya, hari Rabu akan ada ikhwan-ikhwan yang mau membawa Ustadz Fauzan untuk pindah rumah sakit, agar dirawat oleh dokter yang ikhwan juga.
“Ternyata, pada saat hari Rabu itu, Ustadz Fauzan untuk nafas saja sudah sulit sekali. Dan saya pulang ba’da Isya’. Setelah saya pulang, jam 9 malam, anaknya memberitahu ke pondok bahwa Abi telah meninggal. Dan ikhwan-ikhwan pun cek ke rumah sakit, ternyata benar Abi sudah meninggal.”pungkasnya.