BANGUI (Panjimas.com) – Seorang pemimpin mujahidin Séléka di Republik Afrika Tengah telah menyatakan berdirinya Negara otonom di wilayah timur laut Negara itu, dilansir oleh Anadolu Agency.
“Negara baru itu disebut sebagai Republik Logone,” kata Maoulou Moussa, juru bicara Pemimpin mujahidin Noureddine Adam, kepada pihak pers, hari Selasa (15/12/2015).
“Pertama, apa yang kami inginkan adalah otonomi. Kemudian kami akan melihat bagaimana untuk bergerak menjadi Negara Merdeka” kata Moussa, ia menambahkan pula bahwa Pemimpinnya Noureddine Adam telah menandatangani salinan deklarasi otonomi pada hari Senin (14/12/2015).
Salinan deklarasi otonomi itu juga telah disampaikan kepada Kantor PBB di Kaga-Bandoro pada hari Selasa (15/12/2015), pungkasnya.
Noureddine Adam adalah pemimpin Renaissance Afrika Tengah, yang juga dikenal sebagai FPRC, yang merupakan salah satu dari 4 faksi milisi Séléka.
Dia sebelumnya telah menolak proses pemilihan yang sedang berlangsung di Republik Afrika Tengah yang dilanda peperangan itu. Pihak mujahidin juga mengatakan bahwa pemilihan umum yang akan datang tidak akan berlangsung di wilayah yang berada di bawah kendali milisi Séléka.
Bendera yang disebut sebagai “Republik Logone” juga telah dikibarkan di kota Ndele akan tetapi pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai MINUSMA segera mencopot bendera tersebut, demikian menurut kesaksian warga mengatakan kepada Anadolu Agency.
Otoritas pasukan penjaga perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah mengutuk deklarasi otonomi itu dalam sebuah pernyataannya, bahwa “MINUSCA memperingatkan FPRC dan kelompok bersenjata lainnya untuk tidak mencoba mengganggu proses perdamaian dan menggagalkan pemilu di Ndele, Bossangoa atau di mana pun di seluruh wilayah nasional Republik Afrika Tengah,” kata perwakilan misi pasukan perdamaian PBB, MINUSCA dalam sebuah pernyataan.
“MINUSCA juga mengutuk pernyataan FPRC di mana mereka menyatakan otonomi wilayah bagian timur laut Negara ini dan kami akan menggunakan segala cara yang tersedia, termasuk penggunaan kekuatan, untuk melawan setiap upaya separatis sesuai dengan mandat,” kata pernyataan itu.
Dominique Said Panguindji, juru bicara pemerintah Republik Afrika Tengah, mengatakan: “Kami mendesak masyarakat internasional dan pasukan internasional hadir di Republik Afrika Tengah untuk melakukan segala kemungkinan untuk menetralisir kapasitas teroris ini”.
Otoritas Transisi Republik Afrika Tengah mengatakan bahwa Noureddine Adam adalah “musuh nomor satu Negara” karena ia menentang proses pemilihan. Kelompoknya [FPRC] juga telah mencegah orang-orang untuk memilih selama referendum hari Minggu lalu di banyak kota di seluruh negeri, termasuk Kaga-Bandoro.
Pergerakan kelompok pemberontak dilakukan 2 minggu menjelang pemilihan umum yang diharapkan dapat memimpin Negara itu menuju stabilitas.
Sejak tahun 2013, Republik Afrika Tengah telah mengalami kekerasan sektarian mematikan antara Muslim Séléka dan milisi Kristen Anti-Balaka. [IZ]