YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Manindaklanjuti soal poster yang meresahkan banyak kalangan, pihak Teater Gadjah Mada (TGM) mengeluarkan Pernyataan Pasca Pertunjukan yang berisi kronologi kejadian dan tertanggal 13 Desember 2015, sehari setelah acara berlangsung. Pernyataan tersebut dipublikasikan melalui akun Facebook Teater Gadjah Mada.
Salah satu pegiat Teater Gadjah Mada (TGM), Ridho, mengirimkan tautannya kepada panjimas, Senin (14/12). Berikut naskah lengkapnya:
PERNYATAAN PASCA PERTUNJUKAN
“Masihkah Ada Cinta d(ar)i Kampus Biru?”
Sabtu 12 Desember 2015, Teater Gadjah Mada (TGM) berencana mengadakan pertunjukan pra lakon (preview) berjudul “Masihkah Ada Cinta d(ar)i Kampus Biru?”.
Pertunjukan tersebut adalah tafsir ulang dari novel “Cintaku di Kampus Biru” karya Ashadi Siregar. Novel “Cintaku di Kampus Biru” bercerita tentang kisah kehidupan mahasiswa di Kampus UGM.
Dalam pertunjukan “Masihkah Ada Cinta d(ar)i Kampus Biru”, tokoh Anton (pernah diperankan oleh Roy Marten dalam versi film) diperankan oleh aktor perempuan. Dalam cerita kami, aktor perempuan tersebut tetap berperan sebagai sosok laki-laki seperti yang ada pada novel.
Kami mengambil fokus relasi tokoh Yusnita dan Anton untuk menyampaikan problem-problem kontestasi kuasa dalam dunia ilmu pengetahuan.
Pertunjukan pralakon kami mendapat tanggapan negatif dari berbagai pihak. Tanggapan tersebut bermula dari beredarnya poster pertama pertunjukan bergambar dua aktor perempuan berlatar belakang gedung pusat UGM (poster tersebut adalah hasil reka ulang dari poster film Cintaku di Kampus Biru sutradara Ami Priyono, bergambar Yati Octavia dan Roy Marten). Poster tersebut adalah rencana poster yang tidak disepakati untuk menjadi poster resmi pertunjukan.
Kronologisnya sebagai berikut, di tanggal 4 Desember 2015, TGM mengusulkan poster tersebut kepada pihak panitia Dies Natalis Fisipol 2015 UGM melalui Whatsapp. Tim produksi juga menyebarkan poster bergambar dua perempuan tadi grup produksi internal. Poster yang semula kami ajukan tidak disetujui oleh panitia. Mereka khawatir akan timbul misinterpretasi atas gambar tersebut.
Akhirnya, kami mengganti poster pertunjukan dengan sketsa wajah Ashadi Siregar dipadu backround warna biru pada tanggal 7 Desember 2015. Poster tersebut pun disetujui oleh pihak panitia Dies Natalis Fisipol 2015 UGM dan menjadi poster resmi pertunjukan yang kemudian kami sebar hanya melalui media-media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Line, dan Path).
Di luar proses tersebut, poster pertama bergambar dua perempuan ternyata tersebar ke media-media sosial dan beberapa grup alumni Fisipol di Facebook. Poster tadi lalu menimbulkan keresahan publik.
Saat itu, kami tetap melakukan latihan seperti biasanya.
Sehari sebelum pertunjukkan (11/12/15), kami menerima banyak tekanan dari media-media sosial (terutama Facebook) terkait poster pertama bergambar dua perempuan yang beredar.
Pukul 19.48.
Panitia Dies Natalis Fisipol UGM 2015 complain kepada kami terkait poster. Mereka meminta kami untuk melakukan klarifikasi dan permohonan maaf. Kami kemudian berkonsultasi dengan pihak panitia Dies Natalis Fisipol UGM 2015. Saat itu pula, Manajer Produksi pertunjukan menyatakan bahwa pertunjukan ini tidak berhubungan dengan LGBT. Seperti yang dikhawatirkan oleh beberapa pihak di media sosial. Kami juga menawarkan kepada mereka untuk hadir menonton gladi resik atau melihat naskahnya. Manajer Produksi juga menyatakan bahwa kami siap angkat kaki apabila pihak Fisipol UGM 2015 resah karena persebaran poster tersebut.
Namun, panitia Dies Natalis Fisipol UGM 2015 tetap meminta kami untuk pertunjukan.
Setelah berkonsultasi, akhirnya kami menyepakati keputusan untuk membuat surat klarifikasi dengan tembusan ke akun Facebook resmi Fisipol UGM.
Pukul 22.31
Kami membuat surat klarifikasi dan kami kirim ke panitia pada pukul 22.46. Panitia merespon, bahwa kami harus menunggu persetujuan dari Dekan Fisipol terkait surat klarifikasi. Di saat yang bersamaan, kami juga mengirimkan surat klarifikasi ke salah satu staf Humas UGM untuk mengedarkan surat klarifikasi.
Sebelumnya, pada pukul 21.33 WIB, kami menerima telepon dari Polsek Bulaksumur karena mereka menerima laporan keresahan masyarakat terkait poster tersebut. Mereka masih mengontak kami pada pukul 21.54 dan 22.22.
Pukul 24.00 WIB,
Kami masih melangsungkan gladi resik. Sutradara beserta aktor yang bermain belum mengetahui mengenai peristiwa yang kami terangkan diatas. Sutradara baru mengetahui kondisi tersebut pada tanggal 12 Desember 2015, pukul 02.30 WIB.
Pukul 04.00 WIB
Kami masih memutuskan untuk melanjutkan pertunjukan.
Pukul 07.00 (kurang lebih)
Pihak panitia Dies Natalis Fisipol UGM mengontak kami melalui Whatsapp supaya surat klarifikasi diberikan cap resmi dan tanda tangan. Namun demikian, pada laman acount resmi Facebook UGM sendiri sudah mengedarkan surat klarifikasi tadi pada pukul 07.32 WIB.
Pukul 09.00 WIB
Sutradara beserta Manajer Produksi mengadakan rapat untuk membahas kelanjutan pertunjukkan. Oleh karena itu, melalui banyak pertimbangan, kami memutuskan untuk membatalkan pertunjukan dan menggantinya menjadi pertunjukkan berjudul “Bongkaran Panggung Cintaku di Kampus Biru” pada pukul 17.00 WIB.
Pukul 13.00 WIB, kami menyebarkan info pembatalan di Facebook.
Kemudian pada pukul 14.00 WIB, kami mengadakan rapat di Selasar Barat Fisipol UGM terkait pembatalan pertunjukkan dan teknis pertunjukan “Bongkaran Panggung Cintaku di Kampus Biru”.
Saat rapat masih berlangsung, Pembina TGM hadir dan meminta kami untuk melaksanakan pertunjukkan. Pukul 14.40 WIB, panitia Dies Natalis Fisipol UGM hadir di Selasar Barat Fisipol UGM. Mereka menyarankan kami untuk tetap melakukan pertunjukan.
Selain itu, menurut informasi dari salah satu panitia Dies Natalis Fisipol UGM 2015, pihak Rektorat UGM juga resah atas tanggapan publik di media sosial terkait poster yang beredar.
Setelah itu, kami (Sutradara dan Manajer Produksi) bersama panitia Dies Natalis Fisipol UGM 2015 dan Pembina TGM dipertemukan dengan Dekan Fisipol UGM dan Ketua Senat Fisipol UGM. Setelah memastikan bahwa tidak ada contain LGBT yang akan kami bawakan pada pertunjukkan, Dekan Fisipol UGM meminta kami tetap untuk memainkan pertunjukkan “Masihkah Ada Cinta d(ar)i Kampus Biru?”.
Selanjutnya, kami tetap memutuskan untuk melakukan pertunjukan “Bongkaran Panggung Cintaku di Kampus Biru” sebagai respon atas situasi yang kami hadapi. Namun, pertunjukan tadi kami jadwalkan ulang menjadi pukul 19.30 WIB.
Di saat pertemuan dengan Dekan Fisipol UGM masih berlangsung, kami juga mendapatkan telepon dari orang yang mengaku sebagai orangtua mahasiswi Fisipol UGM yang resah melihat poster tersebut pada pukul 15.17 WIB. Alasannya, poster tersebut dianggap memuat isu LGBT yang didukung oleh institusi pendidikan. Padahal sudah jelas-jelas di surat klarifikasi kami dari pihak TGM sudah membantah anggapan tersebut.
Saat itu juga tim teknis tetap melakukan persiapan.
Pada saat pertunjukan “Bongkaran Panggung Cintaku di Kampus Biru” berlangsung, Irfanudden Ghozali, selaku sutradara mengawali pertunjukkan dengan bercerita tentang jalan cerita yang telah direncanakan sebagai sebuah konsep pertunjukan. Pertunjukkan lalu dilanjutkan dengan presentasi satu adegan ketika Anton menghadap Bu Yusnita di ruangannya, menuntut ujian lisan supaya nilainya keluar.
Setelah itu, seluruh aktor berjalan seperti model di atas catwalk sembari melisankan potongan-potongan dialog berdasarkan novel Cintaku di Kampus Biru. Seperti, “Saya punya otoritas penuh untuk menilai”, “Jangan mendesak dosenmu, sebab mereka punya rasa se-korps”, “Persoalannya tidak sesederhana menegakkan kebenaran itu”, “Kami menghadapi realita yang kompleks”, “Aku tidak menghendaki stabilitas di fakultas terganggu, selama aku masih menjadi dekan” dsb. Pertunjukkan lalu diakhiri dengan prosesi membongkar panggung bersama-sama dengan penonton yang hadir.
Pertunjukkan “Bongkaran Panggung Cintaku di Kampus Biru” juga dihadiri oleh beberapa staf Fisipol UGM, seperti Dr. Erwan Agus Purwanto (Dekan Fisipol UGM), Prof. Dr. Susetiawan, SU (Ketua Senat Fisipol UGM), Arie Sudjito (dosen Sosiologi UGM) dll.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang terlibat. Terutama panitia Dies Natalis Fisipol UGM 2015 yang sudah memberikan kami ruang apresisasi untuk mengutarakan ide. Apalagi artefak yang kami jadikan basis pertunjukkan, yaitu novel Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar besar di kampus Fisipol UGM. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada penonton yang tetap hadir dalam pertunjukan “Bongkaran Cintaku di Kampus Biru”. Terima kasih juga kami sampaikan kepada beberapa media yang turut menanggapi proses dan pertunjukkan kami.
Selanjutnya, kami masih akan membahas proses pertunjukkan “Masihkah Ada Cinta d(ar)i Kampus Biru?” yang rencananya akan kami agendakan pada bulan Februari 2016.
Yogyakarta,13 Desember 2015
Tim Produksi “Masihkah Ada Cinta d(ar)i Kampus Biru?
Pihak Teater Gadjah Mada (TGM) berharap, dengan keluarnya pernyataan tersebut, tidak ada kesalahpahaman lagi. [IB]