BANJUL, (Panjimas.com) – Presiden Gambia Yahya Jammeh telah menyatakan pada hari Jumat (11/12/2015) bahwa Negara kecil di Afrika Barat itu akan menjadi Republik Islam. Lebih lanjut Presiden Yahya mengatakan bahwa keputusan itu diambil setelah mempertimbangkan fakta bahwa Islam adalah agama mayoritas warganya dan untuk menghilangkan masa lalu kolonialisme terhadap bangsa itu, dilansir oleh International Islamic News Agency.
“Takdir Gambia adalah di tangan Allah SWT. Seperti sejak hari ini [10/12/2015], Gambia adalah Negara Islam. Kami akan menjadi Negara Islam yang akan menghormati hak-hak warga negaranya, ” tegas Presiden Yahya Jammeh yang mengatakan hal tersebut di desa Brufut pada hari Jumat [11/12/2015],”
Presiden Yahya Jammeh membuat deklarasi tersebut dalam sebuah pidato politiknya di depan publik di desa pesisir Brufut, sekitar 15 kilometer sebelah barat ibukota, Banjul.
“Sejalan dengan nilai-nilai dan identitas keagamaan negara, saya menyatakan Gambia sebagai Negara Islam,” tegas Presiden Gambia itu.
Sebagaimana diketahui Gambia memiliki populasi sejumlah 1.960.000 jiwa, dimana 90 persen di antaranya adalah Muslim. Sementara Sisanya, sekitar 8 persen beragama Kristen dan 2 persen lainya memiliki keyakinan berdasar adat setempat.
“Gambia tidak perlu untuk melanjutkan warisan kolonial,” kata Jammeh. Seperti diketahui, Negara ini mendapat kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1965.
Presiden Yahya Jammeh juga mengatakan bahwa hak-hak komunitas Kristen Gambia akan dihormati.
Presiden Jammeh menegaskan bahwa tidak akan ada mandat terkait dengan pakaian. “Kami akan menjadi Negara Islam yang akan menghormati hak-hak semua warga Negara dan juga yang bukan warga negara.”, tegasnya
Dalam rekaman televisi di GRTV, seperti dikutip oleh AFP, Sabtu [12/12/2015], presiden Yahya tidak menjelaskan secara detail tentang apa-apa saja perubahan yang berarti bagi Negara itu, tapi ia meyakinkan bahwa pengikut agama Kristen dan Agama lainnya, akan dapat beribadah secara bebas.
“Penganut Kristen akan dihormati. Cara perayaan Natal akan terus berlanjut,” katanya, seraya menambahkan bahwa tidak ada yang memiliki hak untuk mengganggu orang lain, terutama soal “jalan hidup”.
“Kami belum bertemu untuk membahas atas pengumuman Presiden,” kata Ketua Dewan Tertinggi Islam Gambia [Gambia’s Supreme Islamic Council], Imam Momodou Lamin Touray.
Perlu dicatat bahwa Presiden Yahya Jammeh menekankan bahwa hak-hak minoritas Kristen di Negara itu akan dihormati dan bahwa perempuan tidak akan dipaksa untuk cara berpakaian tertentu, demikian mengutip Business Standard Online News.[IZ]