YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Sebuah pertunjukan pra lakon (preview) teater digelar di selasar barat gedung Fisipol UGM pada Sabtu (12/12), dalam rangka Dies Natalis Fisipol UGM. Gelaran berlangsung pukul 19.30-21.30 WIB dan mengambil judul “Masihkah Ada Cinta d(ar)i Kampus Biru”. Sebagai sutradara adalah Irfanuddin Ghozali dari Teater Kandang Jaran, dan pemainnya dari Teater Gadjah Mada (TGM).
Menurut sutradara, pertunjukan ini mengambil kisah dari novel trilogi Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar yang terbit pada tahun 76. Ashadi yang sebagai dosen muda UGM waktu itu, mengangkat kisah percintaan antara dosen dan mahasiswa. Adalah Anton (mahasiswa pria) dan Yusnita (dosen wanita) sebagai tokoh utamanya. Dan dalam pertunjukan pra lakon ini, ditampilkan adegan Anton melabrak Yusnita karena suatu hal, dan terjadilah pertengkaran antara keduanya.
Namun ada masalah yang memunculkan tanda tanya dan keresahan publik. Yakni mengapa tokoh Anton diperankan oleh perempuan? Dan yang lebih meresahkan adalah desain visual publikasinya yang tersebar di media sosial. Dimana lembar itu didominasi foto dua perempuan sedang berhadapan dan nyaris berciuman, dengan mimik wajah penuh nafsu.
Ketika ditanya pajimas.com, Ghozali mengatakan bahwa dalam tradisi, seorang pemain memerankan tokoh lawan jenis itu biasa, dan dia mencohtohkan Ludruk (drama tradisional Jawa Timur). “Dalam tradisi, memerankan begitu itu biasa, kayak Ludruk itu,” ujarnya.
Jawaban yang sama disampaikan oleh Angin (perempuan), pemeran tokoh Anton. “Ya kayak yang udah dijelasin tadi, dalam tradisi itu biasa, kayak ludruk,” jawabnya. Untuk peran lawan jenis, Angin mengaku baru kali itu. Tapi hal itu sebenarnya bukan hal baru dalam seni pertunjukan.
Terkait publikasi, ghozali mengaku tidak begitu tahu. Yang lebih mengerti soal desainnya adalah mahasiswa Fisipol yang menyelenggarakan. Dia mengatakan sebenarnya sudah ada revisi. Dan masih terkait hal ini, Ketua Jama’ah Sholahuddin (Lembaga dakwah kampus UGM), Wisnu, mengatakan bahwa desain publikasi itu sudah mendapatkan kritik, dan pihak penyelenggara sudah meminta maaf. “Publikasinya itu sudah sempat diperingatkan, dan (penyelenggara) sudah meminta maaf,” kata Wisnu. [IB]