YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Bermacam-macam aliran kepercayaan mulai menjamur di Indonesia, khususnya di Jawa, pada zaman Orde Baru. Pada awalnya ajaran-ajaran demikian biasa disebut Kebatinan, dan banyak juga yang menyebutnya Kejawen.
Menurut keterangan Endang Sulistyawati, sekretaris Majelis Luhur (wadah persatuan aliran-aliran kepercayaan) DIY, di wilayahnya hingga pada tahun 2000 masih tercatat 50-an aliran. Namun jumlah itu terus mengalami penurunan, hingga sekarang tinggal tersisa 38 aliran.
“Sebagian aliran ada yang benar-benar bubar, namun sebagian hanya meleburkan diri. Semisal dari dua aliran melebur menjadi satu.” Ujarnya Kamis, (10/12/2015).
Penyebab bubarnya paguyuban, biasanya karena sesepuhnya meninggal, dan pengikutnya merasa tidak punya lagi sosok yang menjadi rujukan. Mereka mengalami kebingungan spiritual, lalu mencari jalan sendiri-sendiri. Sebagian ada yang kemudian memeluk salah satu agama yang diakui di Indonesia.
Beberapa aliran -yang oleh kalangan penganutnya disebut paguyuban- di DIY yang masih punya cukup banyak penganut hanya tinggal tiga. Yakni, Sumarah, Persada, dan PEBM. [IB]