DAMASKUS, (Panjimas.com) – Satu Generasi anak-anak Suriah sedang menghadapi “bencana” psikologis dengan 1 dari 4 anak di Suriah berisiko kuat mengalami gangguan kesehatan mental karena menyaksikan peristiwa-peristiwa traumatik, demikian menurut Global Chidlren Charity, hari Selasa (8/12/2015), dilansir oleh Al Arabiya.
Pemenuhan kebutuhan psikologis anak lenyap selama 4,5 tahun masa perang Suriah dimana hal itu sebagian besar belum terpenuhi karena kurangnya pendanaan, dan naiknya jumlah pengungsi, sementara terdapat berlimpah sumber daya di Negara-negara tuan rumah para pengungsi, demikian Save the Children mengatakan dalam sebuah laporan.
“Akibatnya bagi masa depan kesehatan mental seluruh generasi anak Suriah dapat menjadi bencana psikologis,” demikian pernyataan Ian Rodgers, Direktur Save the Children di Lebanon.
“Selain adanya bencana gangguan psikologis yang jelas disebabkan karena menyaksikan peristiwa traumatis dan kekerasan ekstrem, ada banyak hal tambahan lain, seperti kurangnya pendanaan dan penyebab harian gangguan psikologis dan sosial itu kepada anak-anak pengungsi Suriah ketika tiba di sebuah komunitas baru. ”
10 persen dari anak-anak yang berpartisipasi dalam program Save the Children di wilayah Kurdistan, Irak telah kehilangan setidaknya 1 orang tuanya, sedangkan di Lebanon “sebagian besar” telah keluar dari sekolah untuk setidaknya selama 3 tahun ini, kata lembaga amal Save The Children.
“Untuk anak-anak yang berada telah keluar dari sekolah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan juga berurusan dengan ketegangan dan kecemasan akut di rumah-rumah mereka, serta pisahnya mereka dari teman dan kerabatnya, juga diskriminasi harian, menjadi pekerja anak, melakukan pernikahan dini, dan hidup dalam ketidakamanan, hidup di daerah miskin di kota atau pinggiran kota, maupun pedesaan, telah berdampak serius dan mendalam pada kesehatan mental dan fisik mereka, ” kata Ian Rodgers, Direktur Save the Children.
Rutinitas normal bagi mereka, seperti untuk pergi ke sekolah dan melihat orang tua mereka menjalankan tugas rumah tangga biasa, sangatlah penting untuk anak-anak, terang Rodgers.
Sementara itu di kalangan remaja yang mengalami stres akut telah menyebabkan mereka berpikir untuk bunuh diri dan menyakiti diri mereka sendiri, terbukti dengan adanya beberapa kasus bunuh diri yang telah didokumentasikan di beberapa lokasi, kata perwakilan lembaga Save the Children itu.
Isu-isu lainnya yang dilaporkan secara luas meliputi gangguan berbicara, masalah dalam pendengaran atau penglihatan, dan masalah mengompol di tempat tidur, tambah badan amal itu.
“Meninggalkan anak-anak tidak mendapatkan perawatan memadai akan berdampak negatif di kemudian hari – mereka dapat menjadi agresif, depresi, dan mengalami fobia,” kata seorang psikologis Save the Children, Reem Nasri.
Seperti diketahui sebelumnya, Perang Suriah, yang meletus pada tahun 2011, telah menewaskan sekitar 250.000 orang dan menciptakan lebih dari 4 juta pengungsi. [IZ]