SOLO, (Panjimas.com) – Selasa sore (1/12/2015), bertempat di Ruang Utama Nurul Huda Islamic Center (NHIC), Lembaga Dakwah Fakultas, SKI FMIPA Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan Forum Studi Islam Tunas Ilmu menggelar Talkshow Islami “Harmonisasi Islam dan Berbudaya Intelektual”.
Hadir sebagai narasumber adalah beliau Ustad Andy Bangkit Setiawan, MA, P.hD, seorang Associate Professor di Nagoya University, Jepang. Tampak antusias ratusan peserta baik mahasiswa-mahasiswi S1 maupun Pascasarjana dalam kajian sore kali ini yang membahas kaitan erat antara Islam, Sains, Ilmuwan dan Harmonisasi.
Ustad Andy Bangkit Setiawan, P.hD, menjelaskan bahwa dalam menghadapi perbedaan pendapat akademisi perlu mengedepankan sikap ilmiah.
“Saat ini akademisi muslim perlu menjadi akademisi pula dalam pengkajian Agama, agar memahami batas-batas yang bisa dikaji dan yang perlu dijaga, sikap ilmiah dituntut dalam ilmu pengetahuan dan agama”, pungkasnya
“Agama dan Sains merupakan 2 hal yang masih bisa digali, sehingga penting bagi seorang ilmuwan dan akademisi Muslim untuk memahami mana bagian dari bidang keilmuan yang sudah mencapai tataran pasti dan mana yang belum” ujar Doktor bidang Kajian Budaya dan Sejarah Intelektual lulusan Hiroshima University Jepang itu
Pusat-pusat keislaman di Indonesia masih cenderung liberal, dimana mengotak-atik kajian agama dengan alat pisau sains modern
“Penting pula bagi seorang Muslim untuk mengetahui apa-apa dalam agama yang bersifat dharuri (tetap dan aksiomatis) dan yang masih menyisakan celah untuk digali dan dikaji lebih mendalam”, pungkasnya.
Keharusan Seorang Muslim Berilmu
Dienul Islam, merupakan doktrin yang tidak sekedar memberikan nilai spiritual, tetapi merupakan wahana pembinaan budi pekerti manusia (Akhlak), sekaligus sebagai sumber inspirasi, aspirasi, motivasi, dan pencerahan kebudayaan.
Al Quran dan Sunnah Rasul ketika menjadi sumber inspirasi umatnya secara orisinal dan arif telah melahirkan sejarah gemilang. Berabad-abad lamanya kebudayaan Islam tampil memimpin dunia, sebagai penerang [enlightment] kebudayaan manusia.
Nabi Muhammad SAW sendiri, adalah seorang Rasul, Imam, Uswah, Panglima perang, diplomat ulung, negarawan, pemimpin, sekaligus ideolog yang memiliki kekayaan spiritual, tidak ada tandingnya dalam map peradaban dan kebudayaan dunia.
Tidak lebih dari ¼ (seperempat) abad setelah wafatnya Rasulullah SAW, panji Islam telah tegak di 3 benua besar di bumi ini, menembus altar-altar istana, raja, dan kaisar besar dunia [Persia dan Romawi].
Agama sebagai kekuatan ideologis, adalah ketika Rasulullah SAW sangat menekankan diwajibkannya baik laki-laki maupun perempuan muslim untuk menuntut ilmu, sementara iman adalah kekuatan penyangga ilmu, agar ilmu tidak kehilangan arah, sehingga antara keimanan dan keilmuan tidaklah dapat dipisahkan yang mana merupakan penopang peradaban.
Mukjizat Islam yang paling utama ialah hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Surat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ialah nilai tauhid, keutaman pendidikan, dan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diberikan penekanan mendalam.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [perantaraan tulis dan baca].Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. “ [Surah Al-Alaq 96: 1-5]
Islam memerintahkan umatnya mencari ilmu untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana sabda Rasullullah SAW “menuntut ilmu adalah wajib atas setiap Muslim”
“Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, tanda rela dengan usahanya,” [H.R Ahmad dan al-Hakim]
Al Quran mengandung ilmu pengetahuan yang pasti dan jitu serta tidak terdapat pertentangan didalamnya, Allah SWT berfirman “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Surah An-Nisa 4: 82)
Menurut seorang Dokter perobatan Perancis, Maurice Bucaille [1978] dalam bukunya “The Bible The Quran and Science” ia mengatakan bahwa “Whereas monumental errors are to be found in the Bible, I could not find a single error in the Quran” yang terjemahan Indonesianya adalah “Sementara terdapat kesalahan-kesalahan yang amat kentara dalam Bible, saya tidak mendapati satu kesalahan pun dalam Al-Quran”
Di dalam Al Quran terdapat kurang lebih 750 rujukan yang berkaitan dengan ilmu, sementara tidak ada agama atau kebudayaan yang lain yang menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia untuk menjamin kebahagiaannya di muka bumi dan di akhirat.
Berfikir dan membuat penelitian tentang alam raya ditegaskan oleh Al Quran, karena dapat memperkokoh iman si pengkaji dan hasil kajiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Oleh karena itu, sejarah telah mencatat, bahwa ledakan ilmu yang pertama dalam sejarah manusia terjadi dalam peradaban Islam. Peradaban Islamlah yang pertama kali meletakkan dasar ilmu pengetahuan yang menggunakan kaidah yang logis, sistematis dan eksperimental.[IZ]