WASHINGTON, (Panjimas.com) – NATO akan tetap pertahankan sekitar 12.000 tentaranya di Afghanistan hingga 2016 untuk mencegah Negara itu menjadi safe haven [tempat perlindungan aman] bagi teroris, demikian pernyataan Kepala Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara [NATO], Jens Stoltenberg hari Selasa [01/12/2015]. Dilansir Al Arabiya.
Seharusnya misi pelatihan dan dukungan konsultasi resolusi untuk Afghanistan [NATO’s Resolute Support advice and training mission] oleh pihak NATO berakhir tahun ini, akan tetapi keberhasilan di medan perang melawan Taliban, terutama melihat laporan pengarahan terbaru mereka dari utara kota Kunduz, mendesak cara berpikir ulang yang radikal
“Hari ini, Aliansi NATO dan mitra-mitra operasional NATO’s Resolute Support advice and training mission telah sepakat untuk mempertahankan Dukungan Misi tegas terhadap kehadiran tentara aliansi NATO selama 2016,” kata Stoltenberg setelah para Menteri Luar Negeri Negara anggota NATO mendukung keputusan itu.
“Misi ini [NATO’s Resolute Support advice and training mission] akan terus terus dikaji dan, jika perlu, akan disesuaikan untuk memastikan efektivitasnya.”
“Jumlah pasukan kira-kira sekitar 12.000 ,” sejalan dengan kekuatan saat ini, tambahnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Amerika Serikat dan sekutunya menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 untuk mengusir Taliban dari Kabul, tak lama setelah serangan 9/11 menghantam New York.
NATO mengambil alih komando operasi pada tahun 2003 dan jumlah pasukan AS mencapai puncaknya hingga sekitar 90.000 tentara.
Aliansi mengakhiri operasi pertempuran pada akhir tahun 2014, mengurangi jumlah pasukan dan berencan meninggalkan Afghanistan hingga misi misi pelatihan dan dukungan konsultasi resolusi Afghanistan selesai.
Taliban masih mengalami ganjalan untuk melakukan serangan sementara Negara Islam Irak dan Suriah [ISIS] sedang mendapatkan pijakan di negara ini.
Stoltenberg mengatakan NATO harus memiliki alasan kuat untuk menyelesaikan misinya di Afghanistan dengan memastikan pemerintahan yang stabil disana yang juga mampu menjamin keamanan.
“Kami berada di Afghanistan untuk mencegah Afghanistan menjadi safe haven [tempat perlindungan aman] bagi teroris”, Jika Afghanistan menjadi tempat yang aman, itu akan menjadi ancaman bagi kami, “katanya.
Dia mengatakan bahwa 28 anggota Negara sekutu NATO juga meninjau kembali bagaimana dapat menyediakan dana segar untuk Angkatan Bersenjata Afghanistan [Afghan Armed Forces] untuk periode 2017-2020, setelah mereka sebelumnya menyediakan $ 4,0 miliar dollar.
Presiden AS Barack Obama mengumumkan pada bulan Oktober setelah serangan Kunduz bahwa ia akan menjaga sebagian besar sekitar 10.000 tentara AS di Afghanistan selama 1 tahun karena pasukan Afghanistan “masih tidak sekuat yang mereka butuhkan untuk menjaga kemanan.” [IZ]