JAKARTA, (Panjimas.com) – Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr KH Tengku Zulkarnaen angkat bicara mengenai penolakan wisata syariah dan bank syariah di Bali yang dimotori anggota DPD Arya Wedakarna.
Menurut Tengku, sebaga negara Pancasila tidak boleh ada penolakan terhadap adanya Bank Syariah dan Wisata Syariah. Sebab tiada ada aturan yang dilanggar dari kedua hal itu.
“Wisata syariah di Bali itu mana yang melanggar aturan negara, yang melanggar agama Hindu mana?” kata Tengku di Kantor MUI Pusat, Jl Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat sore (28/11). Seperti dilansir Suara Islam.
Yang dimaksud wisata syariah di Bali, ungkap Tengku, adalah orang-orang Islam yang datang ke Bali tetapi dia mengenakan busana Muslim/Muslimah, setiap waktu shalat menjalankan shalat, lalu untuk makan mereka pergi ke restoran halal, saat ke pantai mereka gunakan busana yang menutup aurat. “Hindu rugi dimana, kok mereka keberatan. Ada apa?,” tanyanya.
Menurut Tengku, selama wisata syariah tidak menggagu adat istiadat Bali dan tidak mengganggu ajaran Hindu yang mayoritas disana, tidak boleh ada satu pihak pun yang keberatan. Apalagi wisata syariah itu menghasilkan uang bagi masyarakat
“Bule-bule yang telanjang, yang melanggar adat dan ajaran Hindu itu yang harus ditolak. Kok syariah yang menutup aurat, makan halal, shalat lima waktu, yang tak boleh mengganggu orang, malah ditolak. Wisata syariah itu mengganggu Hindu dan budaya Balinya dimana?,” tandasnya.
Kalau ternyata motif penolakan wisata syariah karena faktor kebencian, pengurus Dewan Fatwa Matlaul Anwar ini balik bertanya jika umat Islam Indonesia yang mayoritas balik membenci umat yang lain bagaimana jadinya Indonesia.
“Kalau kayak gitu kami kalau hari raya Hindu bisa keberatan juga. Kenapa lampu mati, kenapa nggak boleh pakai speaker, kami kan bukan orang Hindu,” ungkapnya.
Selama ini, lanjut Tengku, hal demikian tidak pernah dilakukan oleh umat Islam meskipun menjadi umat mayoritas. Hal ini karena sikap saling menghormati sudah tertanam dalam diri masyarakat Islam. “NKRI harga mati, kita wajib mempertahankannya dan hidup harmonis,” pungkasnya