SOLO, (Panjimas.com) – Ratusan laskar Islam Solo Ahad (29/11/2015) pagi melakukan aksi di depan Kantor RRI (Radio Republik Indonesia) Surakarta yang berada di Jl Abdul Rahman Saleh. Masa meminta agar prostitusi yang berada di sekitar Kantor RRI untuk segera ditutup. Selain melakukan aksi masa juga tampak melakukan aksi ketrampilan beladiri.
Peserta aksi merupakan gabungan dari JAS, LUIS, Al Islah, Kokam dan beberapa elemen Islam lainnya.
Dalam orasinya Edi Lukito selaku Ketua LUIS (Laskar Umat Islam Surakarta) meminta agar bisnis pelacuran yang berada di sekitar Kantor RRI atau di wilayah Keluarahan Kestalan Kecamatan Banjarsari agar segera dihentikan.
Prostitusi di sekitar Kantor RRI berdiri sudah puluhan tahun. Ironisnya tak ada upaya dari Pemkot Surakarta maupun Polres Surakarta untuk menutup bisnis haram tersebut. Padahal banyak warga masyarakat sekitar yang sudah resah dengan keberadaan para pelacur tersebut karena mereka tak malu menjajakan diri baik pagi hari sampai malam hari.
Menurut sejumlah informasi yang dihimpun reporter panjimas.com dilapangan disana ada sekitar 15 hotel yang menyediakan pelacur. Jumlah pelacur yang beroperasi diwilayah tersebut menurut sejumlah sumber mencapai 800 orang.
Maraknya pelacuran disana tak lepas dari bayaran upeti yang diberikan kepada aparat terkait. Konon menurut Dr salah seorang germo mengatakan bahwa ia dalam sebulan harus merogoh kocek 30 juta untuk membayar sejumlah oknum aparat. Itu baru satu germo padahal disana ada belasan germo yang mengelola.
Iapun dengan percaya diri mengatakan bahwa dalam 10 tahun mendirikan bisnis prostitusi belum pernah ia ditangkap aparat kepolisian.
Sebenarnya berbagai upaya sudah dilakukan oleh sejumlah ormas Islam mulai dari melaporkan ke Walikota ataupun Polres Surakarta. Namun kelihatannya aparat pemerintah di Surakarta kurang begitu semangat dalam pemberantasan prostitusi.
Usai melakukan sejumlah orasi masa kemudian membubarkan diri dan melanjutkan aksi longmarchnya.