BETHLEHEM, (Panjimas.com) – Seorang warga Palestina ditembak dan dibunuh pada hari Jumat [27/11/2015] setelah menabrakkan mobil yang dikendarainya di daerah Beit Ummar sehingga dilaporkan 6 tentara zionis Israel mengalami luka-luka, dilansir oleh Ma’an News
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa 6 tentara Israel terluka dalam sebuah “serudukan mobil” di Beit Ummar di utara kota Hebron wilayah Tepi Barat, kemudian warga Palestina itu langsung ditembak dan dibunuh ditempat.
Pasca serangan mobil tersebut, Daerah tempat kejadian ditutup, kata polisi Israel.
Penduduk setempat mengidentifikasi korban sebagai Omar Arafat Issa al-Zaaqiq, berusia 19 tahun.
Dilaporkan 4 tentara Israel mengalami luka-luka namun kondisinya masih stabil dan 2 tentara lainnya mengalami luka ringan, sebagaimana dikutip dari Media Israel.
Sperti diketahui sebelumnya, seorang pemuda di-identifikasi sebagai Fadi Muhammad Mahmoud Khasib, berusia 25 tahun, dari Ramallah telah ditembak dan dibunuh oleh seorang pemukim Israel di timur laut Yerusalem setelah melakukan aksi istisyhad dengan menabrakkan kendaraannya ke area dekat pemukiman warga zionis, Kfar Adumim, yang membuat 2 tentara terluka.
Sementara itu saudara laki-laki Fadi, bernama Shadi, juga telah ditembak mati pada hari Minggu [22/11/2015] oleh pemukim Israel juga di dekat pemukiman ilegal Kafr Adumim.
Setidaknya dilaporkan 101 warga Palestina telah tewas sejak awal bulan Oktober, lebih dari 20 di antaranya adalah anak-anak dan lebih dari 40 di antaranya berasal dari distrik Hebron dimana daerah Beit Ummar terletak disana.
Mayoritas dari mereka kemudian dibunuh saat diduga sedang dalam upaya menyerang militer zionis dan pemukim illegal Israel.
Dilaporkan, 19 warga Israel telah tewas dalam serangan sejak bulan Oktober lalu.
Distrik Hebron telah berulang kali dijaga ketat oleh pihak militer Israel menyusul serangan tersebut, dan warga Palestina telah mengalami peningkatan jumlah kadar razia penangkapan malam hari, penutupan jalan, dan pemeriksaan keamanan yang Invasif.
Dilaporkan pula, bahwa lebih dari 1.000 izin kerja bagi warga distrik Hebron Palestina yang bekerja di Israel telah dibekukan oleh pemerintah zionis itu, dan ini merupakan serangan balasan dari zionis agar menjadi pukulan berat bagi penghidupan keluarga para pekerja Palestina.
Israel Daily Haaretz melaporkan hari Jumat [27/11/2015] bahwa militer Israel mempertimbangkan untuk meluncurkan peningkatan operasi skala besar di kawasan, termasuk pemberlakuan jam malam, jika jumlah serangan terus meningkat.
Elemen sayap kanan dari pemerintah Israel telah menyerukan pelaksanaan tindakan serupa yang diambil selama “Operasi Defensive Shield,” yang berlangsung di Tepi Barat pada tahun 2002 selama peristiwa “Intifada II”, demikiran menurut laporan berita media Israel.
Operasi Defensive Shield yang diklaim pemerintah Israel saat itu diperlukan untuk menghentikan serangan – yang telah membuat hampir 500 warga Palestina tewas dan ribuan warga Palestina ditahan.
Intensitas Bentrokan dan saling serang meningkat sejak pada awal bulan lalu dan terus berlangsung sampai akhir November ini, setidaknya dalam sepekan terakhir saja, 13 warga Palestina dan 2 warga Israel telah tewas .
Sekitar 1/3 [sepertiga] dari warga Palestina yang tewas pekan ini telah ditembak mati oleh pasukan Israel selama bentrokan dan razia penangkapan malam. [IZ]