MELBOURNE, (Panjimas.com) – Gelombang sentimen anti-Islam menyapu Australia pada hari Minggu [22/11/2015]. Para demonstran melambaikan poster yang menampilkan slogan berteriak “Katakan Tidak untuk Hukum Syariah” dan “Halal adalah Pemerasan “. Sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency unjuk rasa nasional ini diselenggarakan oleh kelompok ekstrem sayap kanan Reclaim Australia dan kelompok sempalannya, Love Australia Or Leave.
Ratusan demonstran anti-Islam dan ratusan massa pro-Islam berhadapan di pawai massa di Melbourne, Sydney, Canberra, dan Brisbane sebagai bagian dari Hari Nasional Aktivisme oleh Reclaim Australia melawan terhadap apa yang mereka sebut “Islamisasi Australia”.
Cekcok mulut yang berapi-api dan bentrokan terjadi tetapi secara total hanya 7 orang yang ditangkap.
Semua penangkapan terjadi di Melton, pinggiran kota Melbourne, di mana usulan pembangunan Masjid telah menjadi pro-kontra di masyarakat dan menjadi katalis terbaru untuk protes anti-Islam dan pendukung anti-rasisme.
Pengadilan Administrasi Sipil Victoria [Victorian Civil and Administrative Tribunal, VCAT] membatalkan keputusan Dewan terhadap Melbourne Islamic Centre yang sebelumnya menolak perizinan pendirian Masjid di Harkness Road di Melton Barat setelah sidang pengadilan awal tahun ini.
Anggota Reclaim Australia juga berpendapat bahwa mereka khawatir bahwa Sekolah Islam Al Iman akan pindah ke kampus Universitas Victoria di Melton tahun depan dengan mengorbankan Spesialisasi Sekolah Melton.
Melton telah menjadi hotspot [titik konflik] terbaru di Negara bagian Victoria untuk parade protes anti-Islam, setelah sebelumnya titik konflik terpanas berada di kota kecil daerah pedesaan Bendigo, di mana persetujuan untuk pembangunan Masjid telah memicu kekerasan, protes besar-besaran dan menyebabkan kota menjadi titik utama untuk konfrontasi buruk antara kelompok anti-Islam dan kelompok pro-Islam.
Pada hari Ahad [22/11/2015], sekitar 1.000 demonstran pendukung Reclaim Australia dan kelompok yang kontra terhdapnya No Room for Rasisme turun di lokasi Masjid yang diusulkan di Harkness Road, Melton, untuk mencegah semakin memburuknya bentrokan, kedua massa dipisahkan oleh pihak polisi.
Sejumlah anggota Reclaim Australia menutupi wajah mereka dengan bendera Australia untuk mengaburkan identitas mereka.
Nyanyian lagu kebangsaan menentang, “Muslim dipersilakan, rasis tidak” [Muslims are welcome, racist aren’t] dan “Berintegrasi atau berimigrasi” [Integrate or immigrate] , kedua kelompok yang bersaing itu akhirnya terlibat dalam beberapa percekcokan lisan yang panas dan juga bentrokan fisik.
7 penangkapan termasuk seorang pria berusia 29 tahun yang dituduh memukul kuda polisi hingga harus takluk dengan semprotan capsicum dan 3 orang lain yang didakwa dengan pelanggaran senjata.
Premier Victorian, Kepala Pemerintahan Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews mengatakan bahwa ia mendukung hak rakyat untuk memprotes, tapi tidak dalam penyebaran kebencian.
“Satu-satunya bentuk protes yang sah adalah protes damai,” katanya.
Jaksa Agung Victoria, Martin Pakula mengatakan melalui akun twitternya bahwa anggota Reclaim Australia adalah “pengecut, pembegal dan fanatik”.
Pada hari Jumat [20/11/2015] aktivis Reclaim Australia Philip Galea dipenjara setelah ia ditemukan dalam kepemilikan lima senjata kejut listrik, bahan kimia precursor dan buku pedoman pembuatan bom. Polisi mengeksekusi surat perintah penangkapan pada Phillip Galea ini di rumahnya menjelang aksi unjuk rasa hari Minggu [22/11/2015].
Aksi unjuk rasa lain di seluruh bagian Australia yang lain dengan jumlah demonstran lebih kecil relatif bebas masalah. Hal ini dikarenakan himbauan polisi agar warga tetap berada dirumah dan tidak ikut dalam unjuk rasa, sehingga jumlah demonstran tak sebanyak yang diprediksikan. [IZ]