TEHERAN, (Panjimas.com) – Pemerintah Iran telah menangkap lebih dari 20 admin grup Telegram, sebuah aplikasi pesan smartphone, karena diduga menyebarkan “konten tidak bermoral”, seperti dilaporkan oleh kantor berita Iran Fars hari Ahad [15/11/2015] lalu, hingga kini tidak diketahui maksud ‘konten tidak bermoral’ tersebut, namun diduga informasi-informasi yang disebarkan itu mengancam dan membahayakan rezim syiah itu, dilansir oleh Reuters.
Sebagaimana diketahui penahanan terbaru ini merupakan bukti pengawasan ketat atas kebebasan berekspresi.
Dalam beberapa pekan terakhir, Korps Garda Revolusi Iran [IRGC] telah mengawasi secara ketat sejumlah seniman, wartawan dan warga AS, karena kekhawatiran atas “infiltrasi” Barat.
Kampanye mereka bertepatan dengan dimulainya pelaksanaan kesepakatan nuklir yang ditandatangani antara Iran dengan Negara-negara P5+1 [China, Perancis, Russia, Inggris, dan Amerika Serikat serta Jerman] pada bulan Juli lalu, faksi Syiah garis keras menentang kesepakatan pemerintah itu karena takut akan terbukanya masyarakat Iran dari pengaruh Barat yang merusak.
Grup-grup Telegram ditargetkan dengan alasan menyebarkan “konten tidak bermoral”, dinyatakan oleh juru bicara Kepolisian Saeed al-Mahdi Montazer dilansir oleh Kantor Berita Fars. Dia juga mengatakan bahwa lebih dari 100 “hacker” telah ditangkap pada bulan lalu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Chief Executive Organization [CEO] Telegram, Pavel Durov mengatakan bulan lalu bahwa pemerintah Iran telah menuntut pihaknya untuk menyerahkan “alat memata-matai dan juga alat sensor”, serta untuk sementara memblokir aplikasi Telegram jika pihaknya menolak memberikan alat tersebut. Ia kemudian diberitahu oleh Kementerian Informasi Iran bahwa permintaan itu “tidak diizinkan oleh otoritas apapun yang lebih tinggi”.
Korps Garda Revolusi Iran [IRGC] mengumumkan penangkapan atas para pengguna Telegram pekan lalu, dan mengatakan bahwa mereka berbagi gambar dan teks yang “menghina para pejabat Iran” serta ungkapan-ungkapan sindiran “satir dan berita seks”. Pada saat itu, pengadilan membantah penangkapan tersebut telah terjadi. Dan hingga kIni belum mengomentari laporan penangkapan hari Ahad [15/11/2015].
Pekan lalu, penyelidik Hak Asasi Manusia PBB meminta pihak berwenang untuk menghentikan penangkapan, pelecehan dan penuntutan kepada wartawan dan para aktivis lain untuk membuka jalan bagi perdebatan bebas menjelang pemilihan parlemen pada bulan Februari mendatang.
Berdasarkan kesepakatan nuklir, Teheran telah setuju untuk menghentikan program nuklirnya dengan imbalan sebuah pengurangan sanksi ekonomi. Iran selalu berusaha membantah kecurigaan Barat tentang pengembangan senjata nuklir mereka.
Media Sosial
Aplikasi pesan smartphone sangat populer di Iran, di mana setengah dari populasi berusia 24 tahun atau bahkan lebih muda.
Rezim Syiah Iran memiliki kontrol sangat ketat pada akses Internet di dunia, pihak Teheran memblokir media sosial seperti Facebook, Twitter dan YouTube namun secara rutin blokir tersebut bisa dilewati oleh beberapa grup hacker
Beberapa cabang Keamanan Iran memantau konten yang ada , termasuk IRGC. Pelanggaran di media sosial dapat mengakibatkan hukuman yang keras dari peradilan Iran.
Tahun lalu, 11 orang ditangkap oleh IRGC karena menghina Ayatollah Ruhollah Khomeini [pendiri rezim syiah Iran] melalui layanan pesan Whatsapp, Tango, Viber dan Telegram.
Sebagaimana diketahui Telegram Messanger, yang diluncurkan pada tahun 2013 itu, telah populer di kalangan para aktivis dan juga rakyat biasa Iran , karena dipandang lebih aman daripada para pesaingnya, seperti Whatsapp, Tango, dan Viber.[IZ]