WASHINGTON, (Panjimas.com) – Utusan khusus Amerika untuk koalisi global guna menghadapi kelompok militan Negara Islam (ISIS) mengatakan, puluhan pasukan operasi khusus Amerika akan dikerahkan dalam waktu dekat di Suriah, untuk bekerjasama dengan pasukan Arab yang tengah berupaya mengurung ibukota yang diproklamirkan oleh kelompok tersebut dan mengakhiri rencana teror mereka.
Menurut laporan VOA, Brett McGurk mengatakan dalam sebuah acara televisi Amerika bahwa pasukan anti-ISIS tersebut telah mencapai keberhasilan dalam beberapa pekan ini dengan merebut kembali wilayah yang dikuasai ISIS dan menewaskan ratusan anggota kelompok tersebut.
McGurk mengatakan, mengingat sensitifnya masalah pengerahan pasukan Amerika itu, ia tidak akan mengemukakan tanggal pelaksanaannya. Tetapi ia mengatakan bahwa kurang dari 50 tentara anggota pasukan khusus akan memasuki Suriah Utara dalam waktu dekat. Misi mereka, yang diumumkan akhir bulan lalu, dimaksudkan untuk memberi pelatihan, advis dan bantuan bagi pasukan Arab anti-ISIS. McGurk mengatakan pengerahan mereka dilakukan karena pasukan anti-ISIS ini telah menjalankan operasi yang sangat berhasil.
“Mereka telah merebut wilayah seluas sekitar 1.100 kilometer persegi hanya dalam dua minggu terakhir saja. Mereka telah menewaskan sekitar 300 anggota ISIS, dan misi mereka terfokus pada mengepung ibukota ISIS di Raqqa, di mana kami kira banyak rencana teroris yang disusun di sana.” jelasnya.
McGurk mengatakan sasaran pasukan tersebut adalah merebut kembali wilayah, membunuh para pemimpin ISIS, memutus aliran dana mereka dan memutus jejaring global yang mengirim para pejuang asing menjadi anggota ISIS. Ia menyebut resolusi Dewan Keamanan PBB Jumat lalu yang menyatakan serangan-serangan ISIS di Tunisia, Turki, Beirut, Paris dan ditembak jatuhnya sebuah pesawat Rusia di Sinai sebagai suatu ancaman global dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Sebelum meninggalkan Malaysia seusai mengikuti KTT Asia Timur, Presiden Barack Obama hari Ahad menyatakan tekad koalisi pimpinan Amerika akan menghancurkan ISIS.
“Kami mengintensifkan strategi di semua kubu dengan mitra-mitra lokal di lapangan. Kami akan terus melemahkan ISIS di Irak dan Suriah serta menangkap lebih banyak lagi pemimpin dan komandan mereka agar mereka tidak mengancam kita, dan kami akan menghancurkan organisasi teroris ini,” kata Presiden Obama.
Namun, Senator Diane Feinstein, anggota senior fraksi Demokrat di Komite Intelijen Senat Amerika, hari Ahad mengatakan dalam acara Face the Nation di stasiun televisi CBS, menurutnya pendekatan pemerintahan Obama tidak memadai untuk menjalankan tugas itu.
“Saya prihatin karena kita tidak punya waktu. Kita perlu bersikap agresif sekarang ini karena ISIS hampir seperti negara. ISIS punya 30.000 pejuang, punya infrastruktur sipil, pendanaan, menyebar ke negara-negara lain, dan ISIS adalah suatu masalah sangat besar. Menurut saya, sekarang yang kita lihat di tempat-tempat lain adalah suatu persaingan yang muncul dari organisasi-organisasi teroris lain, tetapi ISIS sesuatu yang terpisah dari itu. Kelompok ini luar biasa kuat dan harus dihadapi dengan cara yang sangat kuat,” ungkap Senator Diane Feinstein.
Feinstein menyatakan keberadaan operasi khusus Amerika yang lebih besar di kawasan mungkin diperlukan. Menurutnya, puluhan pasukan operasi khusus yang akan segera dikerahkan ke Suriah Utara tidak akan memecahkan masalah.
Sementara itu McGurk menegaskan koalisi pimpinan Amerika tidak akan lamban dalam memenuhi tekad menghancurkan organisasi militan tersebut.
“Kami telah melakukan beberapa hal sepanjang tahun lalu untuk menyiapkan kondisi-kondisi guna mempercepat upaya-upaya kami. Jadi, misalnya, selama dua pekan terakhir saja, kami telah melancarkan operasi secara simultan di Suriah dan Irak bersama dengan pasukan Kurdi dan Arab untuk memutus jalur logistik utama yang dimiliki ISIS antara Raqqa dan Mosul di Irak. Operasi-operasi itu sangat sukses,” jelasnya.
“Pasukan khusus kami akan dikirim ke Suriah Utara. Misi mereka adalah untuk mengorganisir pasukan itu di lapangan, suatu koalisi pasukan yang luas untuk menekan Raqqa. Kami tidak dapat melakukannya enam bulan silam. Sekarang kondisinya siap untuk itu,” imbuh McGurk.
Ia mengatakan strateginya adalah menekan ISIS di Irak dan Suriah dengah memutus jalurnya menuju Turki, memutus titik-titik akses logistik ISIS antara Raqqa dan Mosul, menguasai bagian utara Sungai Tigris serta bekerjasama dengan pasukan keamanan Irak untuk merebut kembali ibukota provinsi Anbar, Ramadi. Ia mengatakan rencana itu juga akan mencakup peningkatan kerjasama internasional untuk mengacaukan jejaring global yang memasok pejuang asing untuk ISIS.
Presiden Barack Obama bulan lalu mengesahkan pengiriman 50 tentara untuk misi yang akan melibatkan laskar Suriah, Arab, Kurdi dan Turkmen Suriah setempat. [gp/uh/ab]