JEDDAH, (Panjimas.com) – Masjid bersejarah Al-Hudaibiya akan dibongkar dan dibangun kembali oleh Departemen Urusan Islam dan Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional [Islamic Affairs Ministry and the Saudi Commission for Tourism and National Heritage, SCTNH] untuk menggambarkan betapa pentingnya masjid bersejarah ini dalam Islam, dilansir oleh International Islamic News Agency mengutip dari Arab News.
Masjid ini dibangun di tempat dimana Nabi Muhammad SAW menandatangani perjanjian perdamaian di tahun 628 M dengan orang-orang kafir Makkah, yang disebut Perjanjian Hudaibiyah, Daerah yang terletak di sisi barat dari kota Makkah.
Direktur Jenderal SCTNH [Departemen Urusan Islam dan Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional], di Makkah Faisal Al-Shareef mengatakan bahwa sebuah perusahaan Teknik berpengalaman akan dipercaya untuk menangani proyek pembangunan kembali Masjid Hudaibiyah ini dengan menggunakan teknik sainstifik tercanggih dan bahan-bahan terbaru.
Islamic Affairs Ministry and the Saudi Commission for Tourism and National Heritage , SCTNH dan Al-Turats Heritage Foundation telah menyelesaikan restorasi 21 Masjid di seluruh Kerajaan Saudi. SCTNH juga telah mendirikan sebuah proyek untuk memugar kembali Masjid lainnya bekerjasama dengan Kementerian Urusan Islam dalam rangka untuk menyoroti pentingnya Masjid-Masjid itu bagi sejarah Islam.
Hudaibiyah dalam Sejarah Islam
Sebagaimana diketahui, Hudaibiyah merupakan tempat para sahabat melakukan Bai’at [janji setia] kepada Rasulullah SAW untuk memerangi Kafir Quraisy, yaitu yang dikenal dengan sebutan Bai’at al-Ridlwan pada tahun 6 Hijriah. Ceritanya pada tahun tersebut Rasulullah dan para sahabatnya hendak ke Mekkah untuk menunaikan Umroh, dan ketika sampai di Hudaibiyah, kaum kafir Quraisy mencegahnya. Rasulullah SAW kemudian mengutus Utsman bin Affan ra untuk berunding dengan mereka. Setelah lama ditunggu-tunggu tidak juga kembali, tersiarlah kabar bahwa Utsman mati terbunuh, sehingga menyebabkan para sahabat marah dan membai’at Rasulullah untuk memerangi Kafir Quraisy.
Saat itu pula turun dua ayat, yaitu Q.S Al-Fath ayat 10 dan 18.
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah diatas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar” [Q.S Al-Fath 48 :10]
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada didalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan member balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” [Q.S Al-Fath 48 :18]
Tidak beberapa lama setelah itu, Utsman pun kembali kepada Rasulullah SAW dengan selamat. Utsman lalu memperlihatkan proposal perjanjian gencatan senjata dari Kafir Quraisy kepada Rasululllah SAW. Sehingga perjanjian itu dikenal dengan sebutan “Perjanjian Hudaibiyah” [Shulh al-Hudaibiyyah]. Kemudian, Rasulullah dan para sahabat pun kembali ke Madinah. Ditengah perjalanan itulah melalui perantara Malaikat Jibril Allah menurunkan firman-NYA, Surat Al-Fath ayat 1 sampai dengan ayat 5.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah member ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat [banyak]. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka [yang telah ada].Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Supaya dia memasukkan orang-orang mukmin baik laki-laki dan perempuan ke dalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah.” [Q.S Al-Fath 48:1-5]
Seperti diketahui pula, ada kisah menarik mengenai mukjizat Nabi Muhammad SAW yaitu keluarnya air dari jari-jari tangan beliau. Sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir, ia berkata bahwa saat di Hudaibiyah, orang-orang merasa kehausan, sedangkan bersama Nabi ada ember kecil berisi air, dimana Nabi berwudhu dengannya. Sambil terisak-isak, orang-orang berkerumun di sekeliling Nabi. “Kalian kenapa?” kata Nabi. Kami tidak punya air untuk wudhu maupun untuk minum kecuali yang ada pada anda [Nabi Muhammad SAW].” Lalu Beliau meletakkan tangannya di ember kecil tersebut, dan mengalirlah air dari ujung jari-jari beliau layaknya mata air, kemudian kami minum dan berwudhu dengannya. Lalu saya [Jabir] katakana pada mereka, “berapa jumlah kalian?”. Dan dijawab oleh seseorang, “Andaikata ada 100 ribu orang pun, masih cukup, sementara kami hanya 115 orang.” [Shahih al-Bukhari, al-Manaqib, 3576]