SOLO, (Panjimas.com) – Hari Sabtu [14/11/2015], bertempat di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta [UNS] , Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam Solo menggelar Konferensi Nasional Pemuda Sehat 2015, yang mengusung tema “Metamorfosis Gerak Pemuda dalam Upaya Membangun Sinersigitas untuk Indonesia yang Bermartabat”.
Tampak 100 peserta konferensi dari berbagai Universitas di Indonesia memadati aula FEB sejak sabtu pagi hingga sore hari. Zakka Jauhar Firdaus, Ketua Panitia Konferensi ketika ditemui reporter panjimas.com mengatakan “Konferensi Nasional Pemuda Sehat ini diikuti oleh delegasi dari berbagai daerah di Indonesia, ada dari Padang, Bandung, Jakarta, Malang, Makassar, Makassar Timur, dan juga Solo” pungkasnya. Lebih lanjut ia mengatakan “Solo ditunjuk sebaga Tuan Rumah Konferensi kali ini oleh Bakornas LKMI PB HMI, selain agenda konferensi selama 4 hari, mulai tanggal 12-15 november bertempat di Embarkasi Haji Donohudan diselenggarakan pula Pelatihan Kepemimpinan Kader Kesehatan yang fokus membedah tentang Sistem Kesehatan Nasional dan juga Sustainable Development Goals [SDGs]”, terang Zakka, yang juga menjabat sebagai Ketua HMI Komisariat FK UNS .
Mahasiswa Islam Harus Jadi Pe-riset Global
Konferensi ini dibuka dengan Studium General “Pemuda dan Masa Depan Kesehatan oleh Direktur Operasional Kimia Farma, Drs. Muntaha, Apt.MM. Ia memaparkan bahwa “kerangka strategis aktivis kesehatan baik di disiplin ilmu kedokteran, farmasi, kesehatan masyarakat, psikologi , tidak bisa hanya sebatas profesi an sich semata tetapi juga harus mengintegrasikan pola perkaderan keislaman, kepemimpinan, dan isu kepemudaan lainnya”. Kemudian ia menekankan perlunya Negara ini berdaulat dari segi kesehatan, “80% bahan baku farmasi kita impor, 50% pelayanan kesehatan masih terganggu terutama produk kesehatan, obat-obatan dan injeksi”, pungkasnya.
Dengan banyaknya penemuan kesehatan yang berasal dari riset negara maju, Muntaha mengungkapkan perlunya meminimalisir dominasi peneliti asing, maka kader-kader LKMI dan HMI harus menjadi periset global. “Kita perlu mencontoh alumni HMI seperti Dr. Taruna Ikrar ,MD .PhD, salah satu ilmuwan muslim pemegang paten metode pemetaan otak”, tegasnya.
Muntaha memaparkan perlunya perhatian pemuda Islam pada isu ‘security health. “Era globalisasi telah mengakibatkan yang disebut ‘globalisasi penyakit’. Seperti wabah Ebola, MERS, dan lainnya”, ujarnya. Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa agenda Pemuda Islam di bidang kesehatan ke depan adalah mengembangkan inovasi layanan produk dan jasa kesehatan seperti stem cell, herbal, dan radio isotop, selain itu organisasi pemuda Islam perlu sekali mencetak ‘medical-preneur’, paparnya. Di akhir studium general Direktur Operasional Kimia Farma ini berharap LKMI dapat segera memiliki ribuan klinik di seluruh Indonesia, untuk bisa menyaingi 6000 klinik milik Lippo Group, yang seperti diketahui milik James Riyadi, konglomerat dan tokoh kristenisasi Indonesia
Perlunya Investasi Gizi dan Ketahanan Perang Semesta
Selanjutnya, Sesi ke-2 konferensi ini diisi dengan pemaparan materi dari dr. Eni Gustina, MPH [Perwakilan dari Kementrian Kesehatan], Aris Sukamto [Perwakilan Kemenpora], dan Kol. Kav. Iman Rokhani [Perwakilan Kementrian Pertahanan].
- Eni Gustina, MPH, yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, mengatakan kepada forum konferensi bahwa untuk memanfaatkan bonus demografi, 70% generasi produktif harus menopang generasi yang lain, kalau tidak maka akan terjadi ‘disaster demography’, bencana demografi. Kemudian I a menegaskan bahwa “pembangunan harus dimulai dari wilayah periferi, daerah pinggiran desa-desa kita, Kita harap tahun 2019 Puskesmas kita bisa menjangkau 80% wilayah Indonesia”.
“Beban penyakit seperti stroke, hipertensi, diabetes, kanker dari data kesehatan tahun 1990, 2010 sampai 2015 terus meningkat, ini karena pola dan gaya hidup buruk, sehingga perlu adanya ‘investasi gizi’,” pungkasnya. Lebih lanjut dr .Eni mengungkapkan “Indonesia telah di-invasi oleh makanan-makanan asing, yang kebanyakan adalah junk food [makanan sampah], sementara itu makanan tradisional kita yang sehat malah ditinggalkan”.
Berbeda dengan pemapar lainnya, Kolonel Kavaleri Iman Rokhani, memaparkan tentang ketahanan perang semesta. “Indonesia ditakuti dunia, karena memiliki kemampuan 100 juta cadangan militer dari rakyat”, ujarnya. Salah satu perwira tinggi Mabes TNI AD ini juga memaparkan tentang 3 ancaman ; yakni 1) ancaman militer berupa konflik terbuka perang konvensional 2) ancaman non-militer seperti terrorisme, bencana alam, narkotika, wabah penyakit, oerang cyber, dan perampokan sumber daya alam, serta pelanggaran perbatasan 3) ancaman hibrida berupa gabungan dari semua ancaman baik militer maupun non-militer.
“Kita lihat bagaimana peran AS di kasus Irak, dahulu Irak diserang pertama kali dengan isu demokratisasi, hingga banyak massa turun ke jalan, tapi gagal, kemudian serangan ke-2 dengan isu “Weapon Mass Destruction” [Senjata Pemusnah Massal], yang ternyata terbukti tidak ada, melalui strategi itu penyusup masuk mengumpulkan informasi intelijen tentang Irak lalu melakukan Invasi militer kesana”, terang Kolonel Iman.
“Kader HMI dan pemuda Islam lain perlu sadar bahaya ancaman virus ataupun wabah penyakit, yang mungkin disebarkan musuh-musuh kita, kita bisa lihat contoh kasus “NAMRU 2 [Naval Medical Research Unit] di Papua, yang melibatkan pihak Departemen Kesehatan dan Angkatan Laut [AL] AS, papar Kolonel Kav, Iman Rokhani, dari Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kemenhan RI.
Acara konferensi ditutup pada sabtu sore [14/11/2015], kemudian delegasi dari berbagai daerah kembali ke embarkasi haji donohudan untuk melanjutkan agenda Latihan Khusus Kesehatan disana hingga Ahad, [15/11/2015]. [IZ]