PARIS, (Panjimas.com) – Kebakaran terjadi di kamp pengungsian Suriah di Calais, Prancis, hanya beberapa jam setelah terjadinya ‘Serangan Paris’ sekitar pukul 11 pm Jumat Malam [13/11/2015] waktu setempat. Gambar-gambar di media sosial memperlihatkan beberapa relawan menolong para imigran dan pengungsi di kamp yang terletak di wilayah utara pelabuhan Prancis itu. Belum ada kepastian penyebab kebakaran kamp yang dihuni oleh pengungsi asal Suriah dan Afrika Utara itu, dilansir oleh Mirror Online News.
Sebuah rekaman video menunjukkan kendaraan layanan unit gawat darurat tiba di kamp Calais yang telah menampung sekitar 6000 imigran, yang utamanya adalah para pemuda dari Suriah dan wilayah Afrika Utara. Seorang sumber dari Kamp Calais mengkonfirmasi sekitar 40 shelter terbakar khususnya di area shelter warga Sudan.
Kebakaran ini diduga ulah sebuah kelompok anti-imigran yang diketahui bernama “The Angry of Calais”, karena di malam yang sama kelompok anti-imigran itu mengunggah video-video kebakaran Kamp Calais melalui akun Facebook. Tak pelak, muncul dugaan kuat bahwa kebakaran Calais terkait dengan serangan Paris, sehingga ini terlihat seperti serangan balasan. Para netizen di media sosial menyatakan salah sasarannya kemarahan dari pembakaran itu.
Seperti diberitakan sebelumnya , bahwa serangan Paris Jumat malam [13/11/2015] yang meliputi penembakan dan ledakan bom di 6 tempat terpisah, telah menewaskan sedikitnya 132 dan lebih dari 180 luka-luka akibat serangan itu, dilansir RT News
Drama di kamp Calais terjadi setelah serangkaian bentrokan dengan polisi huru-hara selama minggu ini yang telah mengakibatkan 27 petugas menderita luka ringan. Ketegangan meningkat di Kamp Calais, sejak langkah pengamanan diperketat, itu termasuk pemasangan pagar setinggi 15 kaki dan penambahan patrol polisi.
Pekan lalu, Kelompok anti –imigran ‘no borders’ mengklaim kemarahannya atas para imigran saat kelompok demonstran sayap-kanan itu membakar Al-Quran di daerah Calais. Pejabat setempat menyatakan bahwa pihak berwenang mengizinkan kelompok sayap kanan itu mengadakan demonstrasi, minggu lalu, Mereka juga menghasut kebencian ras, mengumumkan ancaman kematian, dan membakar Al-Quran di tengah Boulevard Jacquard, jalan utama di Calais.
“Di malam hari 5 nazi ber-tudung [hood] menyerang imigran di dekat eurotunnel. Insiden ini membuat banyak penghuni kamp marah dan diduga ini merupakan sebab utama bentrokan di Calais pekan lalu.”, kata pejabat setempat, dilansir oleh Mirror Online News
Walikota Calais, Nathaca Bouchart baru-baru ini menyalahkan ekonomi pasar gelap Inggris dan sIstem yang membuat ribuan imigran terdampar di kotanya. Pengungsi di Calais berharap kondisi yang lebih baik di Eropa, dan mereka berharap bisa mendapatkan tempat di Inggris, ujarnya.
Jumlah imigran dan pengungsi di kamp Calais meningkat pasca pergerakan pengungsi ke Eropa akibat krisis melanda wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah.
Setidaknya 15 imigran telah meninggal dekat channel tunnel sejak mulai dibukanya pintu bagi imigran musim panas lalu. Dikhawatirkan akan banyak korban tumpah saat eskalasi kerusuhan di Calais meningkat, banyak pengungsi mulai frustasi atas tidak bisanya mereka pindah ke Inggris
“Saya tidak ragu bahwa segera akan ada yang tewas, Calais adalah tempat tak berhukum, Polisi disana hanya melihat para imigran diserang oleh kendaraan-kendaraan,” kata Toby Evans, Direktur Broughton Transport Solutions.[IZ]