JAKARTA (Panjimas.com) – Wasekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Fahmi Salim MA, meminta sejumlah pihak bertabayung kepada M Nur Maulana.
Hal itu terkait pernyataannya beberapa waktu lalu yang mengungkapkan soal kepemimpinan tak perlu melihat latar belakang agama seseorang.
Namun, hingga kini Maulana sendiri tidak pernah memberikan klarifikasinya kepada umat atas pernyataannya tersebut.
“Kalau memang betul pendapat beliau seperti itu ini patut disayangkan dan tidak pantas keluar dari mulut seorang dai,” kata Ustadz Fahmi Salim saat dihubungi Panjimas.com, Selasa (10/11/2015).
Ustadz Fahmi menekankan, seorang dai harusnya tidak bicara sembarangan tanpa berdasarkan dalil.
“Dai itu harus membimbing umat dengan dalil-dalil yang benar, yang shahih yang disepakati oleh para ulama,” tegasnya.
Apalagi, terkait kepimpinan, dalam Islam diatur dengan jelas bahwa seorang Muslim haram memimpin kafir, bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, Ustadz Fahmi Salim mendesak M Nur Maulana agar meralat pernyataannya beberpa waktu lalu.
“Itu keliru besar dan saya minta beliau merivisi pandangan yang disampaikan kepada jamaah,” ujarnya.
Terakhir, Ustadz Fahmi Salim meluruskan analogi menyimpang M Nur Maulana, yang menyamakan antara kepemimpinan dengan pilot pesawa.
“Hubungan profesionalitas muamalah itu kita memang tidak melihat agama. Masalah pilot pesawat, supir angkot, supir bus, masinis kereta beragama non muslim itu tidak ada masalah, sebab itu muamalah duniawiyah. Sementara masalah kepemimpinan umat atau negara, dimana di dalamnya ada mayoritas umat Islam tidak bisa dipandang sama, sebab fungsi pemimpin itu hirasatud dien (menjaga nilai-nilai agama), kalau pemimpinnya non muslim tidak bisa dia memerankan fungsi itu,” tandasnya. [AW]