MOSKOW, (Panjimas.com) – Penyidik dari jatuhnya Pesawat Rusia di Mesir, 90 persen yakin bahwa suara yang terdengar di rekaman akhir di kokpit pesawat disebabkan oleh ledakan bom, Kata anggota tim investigasi kepada Reuters pada hari Ahad, [8/11/2015].
Airbus (AIR.PA) A321 jatuh 23 menit setelah lepas landas dari resor wisata Sharm al-Sheikh delapan hari lalu [31/10/2015], menewaskan seluruhnya 224 jiwa, baik penumpang dan awak kru. Para pejuang mujahidin Negara Islam [IS] cabang Sinai yang memerangi pasukan keamanan Mesir, mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
“Indikasi dan analisis sejauh ini pada suara yang terekam kotak hitam menunjukkan bahwa itu adalah bom,” kata anggota tim investigasi Mesir, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas. “Kami 90 persen yakin itu bom.”
Komentarnya mencerminkan tingkat kepastian yang jauh lebih besar daripada perihal penyebab jatuhnya pesawat dari komite penyelidikan yang dinyatakan kepada public sebelumnya..
Pemimpin Tim Penyelidikan, Ayman al-Muqaddam mengumumkan pada hari Sabtu [07/11/2015] bahwa pesawat tampaknya telah rusak di udara saat sedang diterbangkan pada mode auto-pilot, dan bahwa terdapat suara yang telah terdengar di detik terakhir dari rekaman kokpit. Tapi ia mengatakan, “terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang mengapa pesawat jatuh”.
Konfirmasi dari para mujahidin pejuang Islamic State bahwa merekalah yang telah bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat berdampak buruk pada industri pariwisata yang menguntungkan Mesir, yang sebelumnya telah menderita dari tahun-tahun kekacauan politik. Selain itu industri pariwisata Mesir pekan lalu juga terpukul ketika Rusia, Turki dan beberapa Negara Eropa menghentikan penerbangan ke Sharm al-Sheikh dan tujuan lainnya.
Hal ini juga bisa menandai strategi baru oleh kelompok pejuang Negara Islam yang menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak.
Ketika Penyelidik itu diminta untuk menjelaskan sisanya marjin 10 persen dari keraguan, ia enggan menjelaskan, tetapi Muqaddam mengutip kemungkinan lainnya pada Sabtu lalu [07/11/2015] termasuk karena ledakan bahan bakar, kelelahan logam dalam pesawat atau overheating [peristiwa pemanasan ekstrem] dari baterai lithium.
Dia mengatakan puing-puing itu tersebar di area 13-km (8 mil) “yang konsisten dengan in-flight break-up” [hancurnya pesawat saat masih di udara]
“Game Changer” [Perubahan Arah Kebijakan]
“Apa yang terjadi di Sharm al-Sheikh minggu lalu, dan pada tingkat lebih rendah dengan pesawat … (Germanwings), adalah perubahan permainan untuk industri kami,” kata Presiden Emirates Airlines Tim Clark, mengacu pada kecelakaan sebuah pesawat Germanwings di Pegunungan Alpen Prancis pada bulan Maret lalu, diyakini jatuh akibat kesengajaan oleh co-pilot.
“Mereka harus ditangani pada level industri karena tidak diragukan lagi negara-negara seperti -Amerika Serikat, Eropa – saya akan berpikir untuk membuat beberapa, tuntutan kejam cukup ketat di jalur penerbangan bekerjasama dengan pihak keamanan,” katanya di Dubai Airshow.
Clark mengatakan ia telah memerintahkan peninjauan keamanan namun tidak menangguhkan penerbangan apapun sebagai akibat dari insiden tersebut . Emirates tidak mengoperasikan penerbangan regular ke Sharm al-Sheikh.
Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond juga mengatakan insiden itu bisa menyebabkan perubahan dalam keamanan penerbangan.
“Jika ini ternyata adalah perangkat yang ditanam oleh operasi ISIL atau oleh seseorang terinspirasi oleh ISIL, maka jelas kita harus melihat kembali pada tingkat keamanan yang kita harapkan di bandara-bandara di area dimana ISIL aktif beroperasi”, jelas Hammond kepada BBC
Negara Islam [IS], yang ingin mendirikan Kekhalifahan di Timur Tengah, juga disebut ISIS atau ISIL.
Para militan pejuang Negara Islam telah memerangi pasukan keamanan Mesir di Semenanjung Sinai. Mereka mengatakan bahwa mereka menjatuhkan pesawat sebagai pembalasan atas serangan udara Rusia terhadap para pejuang Islam, mujahidin di Suriah. Mereka mengatakan mereka akhirnya dapat memberitahu dunia bagaimana mereka melakukan serangan itu.
Rusia telah mengembalikan 11.000 wisatawannya dari Mesir dalam 24 jam terakhir, kantor berita RIA mengatakan pada hari Minggu [08/11/2015], jumlah itu merupakan sebagian kecil dari 80.000 orang Rusia yang terdampar karena keputusan Kremlin pada hari Jumat [06/11/2015] untuk menghentikan semua penerbangan ke Mesir.
Di St Petersburg, di mana merupakan tujuan penerbangan Metrojet Airbus 321 pada 31 Oktober lalu, bel dari Katedral St Isaac berdering 224 kali dan layanan diadakan untuk mengenang para korban.
Rusia telah mengirimkan tenaga ahlinya untuk melakukan audit keselamatan bandara Mesir dan memberikan rekomendasi tentang langkah-langkah tambahan, kata Arkady Dvorkovich, Wakil Perdana Menteri Rusia , seperti dikutip oleh Kantor perwakilan Rusia.
Dvorkovich, Kepala Tim pemerintahan Rusia yang dibentuk pada hari Jumat [06/11/2015] untuk menangani penerbangan yang ditunda ke Mesir itu , menambahkan tim kedua akan berangkat ke Mesir pada hari Minggu [08/11/2015] dan Tim ketiga akan dikirim setelahnya nanti.
Inggris, yang memiliki 3.000 warga yang sedang menunggu untuk bisa kembali ke negaranya, telah mengirimkan tim berisi 70 personil, termasuk 10 ahli penerbangan ke bandara Sharm al-Sheikh untuk memastikan langkah-langkah keamanan yang dijalankan.
Sejumlah 8 Penerbangan diharapkan dapat mengembalikan 3000 turis Inggris ke negaranya pada hari Ahad, [08/11/2015].[IZ]