TEHERAN, (Panjimas.com) – Sebuah maskapai penerbangan Iran pekan lalu membeli pesawat buatan Inggris untuk pengiriman pasukan dan senjata ke rezim Suriah, dikutip dari laporan International Business Times, pembelian ini adalah pelanggaran terhadap perjanjian nuklir yang ditandatangani antara Iran dan Six World Powers [China, Perancis, Russia, Inggris, dan Amerika Serikat serta Jerman] pada bulan Juli lalu .
Menurut sebuah laporan di situs berita yang berbasis di AS, Mahan Air – salah satu operator terbesar Iran dengan daftar tujuan penerbangan yang meliputi London, Moskow, dan Tokyo – juga menerbangkan Pasukan elit Quds dari Garda Revolusi Iran menuju ibukota Suriah, Damaskus.
Kesepakatan di Wina awal tahun ini antara Iran dan Six World Powers [China, Perancis, Russia, Inggris, dan Amerika Serikat serta Jerman] akan melihat pencabutan hukuman sanksi ekonomi terhadap Iran sebagai ganti atas pembatasan program nuklirnya.
Akan tetapi pembelian sebuah jet komersial untuk tujuan pengiriman pasukan militer adalah pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian, menurut pejabat senior dikutip dari International Business Times, dan dirilis oleh Al Arabiya News.
‘Tutup koordinasi’
Amerika Serikat telah mengetahui tentang aktivitas Mahan Air sejauh tahun 2011, ketika Kementerian Keuangan AS mengumumkan bahwa Operator Pesawat Kargo itu akan dikenakan sanksi karena dukungan kepada Pasukan Elit Quds Iran, dari IRGC [Islamic Revolutionary Guard Forces].
“Mahan Air menutup koordinasi dengan Pasukan Quds — diam-diam mengangkut pasukan, senjata dan dana pada penerbangannya -. Sementara belum terungkapnya aspek lain dari infiltrasi [penyusupan] luas Pasukan Garda Revolusi Islam ke sektor komersial Iran untuk memfasilitasi dukungan terhadap terorisme,” jelas David Cohen, seorang Pejabat Senior Kementerian Keuangan AS untuk terorisme dan intelijen keuangan, dalam konferensi pers di Washington.
Dilaporkan pula bahwa 2 penerbangan Mahan Air telah ditelusuri dari ibukota Teheran dan Abadan, kota lain, 2 penerbangan Mahan Air itu lepas landas pada “waktu yang tidak ditentukan dan tanpa mempublikasikan tujuan mereka.”
Setelah perjalanan diatas Suriah, penerbangan itu mendarat di Damaskus, dan kemudian kadang-kadang melakukan perjalanan ke kota al-Hasakah, di bagian timur laut, daerah itu diketahui sebagai hotspot [titik panas/konflik] dimana terjadi pertempuran antara para pejuang mujahidin Negara Islam Irak dan Suriah [ISIS/ISIL] dan pasukan rezim Bashar al-Assad beserta sekutunya.
Sementara itu Mahan Air merupakan milik pribadi, Kontrol tingkat tinggi Teheran atas perekonomian Negara berarti bahwa pemerintah “yang paling mungkin tahu tentang transaksi itu” dan memberi lampu hijau, dilansir oleh Al Arabiya News
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa mereka tahu tentang penjualan itu dan sedang menyelidiki transaksinya.[IZ]