SOLO, (Panjimas.com) – Dibalik pemberitaan Solo yang semakin moncer karena presidennya berasal dari Kota tersebut, ternyata prositusi marak tak terkendali. Ada beberapa daerah yang menjadi pusat para pelacur menjajakan dirinya, tetapi yang paling besar adalah daerah Kestalan atau orang menyebutnya sekitar Kantor RRI.
Anehnya prostitusi tersebut berjalan selama puluhan tahun dan tak tersentuh oleh hukum. Menurut penelusuran panjimas.com dilapangan jumlah pelacur di daerah tersebut mencapai 800 orang yang mangkal di 15 hotel.
Beberapa ormas Islam sebenarnya sudah berupaya untuk melakukan dakwah kepada para germo atau pemilik hotel agar mengembalikan fungsi ijin hotel sebagai penginapan bukan tempat untuk berzina namun ternyata tak diindahkan. Tak hanya itu pengajian kepada para pelacur juga sudah dilakukan beberapa kali. Yang memprihatinkan ternyata tak ada program dari pemerintah kota Solo dalam mengentaskan para pelacur disana.
Mensikapi hal tersebut maka sejumlah ormas Islam seperti LUIS, Laskar Al Islah, JAS Jawa Tengah Selasa, (3/11) lantas mengadakan aksi di Balaikota untuk meminta agar prostitusi di kawasan sekitar Kantor RRI segera ditutup. Selain membawa poster masa juga terlihat melakukan orasi secara bergiliran.
Ditengah aksi, beberapa perwakilan aksi lantas melakukan audensi dengan Plt Walikota Solo.
Dalam pertemuannya dengan Plt Walikota Solo Budi Suharto, Edi Lukito Ketua LUIS meminta agar pemkot Solo merazia para pelacur yang mangkal di kota Solo.
Membarikan solusi atau pembinaan mental agar para pelacur bisa segera berhenti menjalankan profesinya.
Mencabut ijin semua hotel yang menyalahgunakan perizinan dari ijin penginapan menjadi tempat maksiat.
“Kepada Polresta Solo kami meminta agar dibuatkan pos penjagaan khusus agar dalam memantau para pelacur bisa dikendalikan” ujarnya.
Menanggapi permintaan tersebut Budi Suharto berjanji akan segera menindaklanjuti.
“Saya meminta kepada seluruh jajaran yang ada agar segera bertindak. Dan jika ditemukan bukti maka harus diproses secara hukum.” Ungkapnya.