ACEH SINGKIL (Panjimas.com) – Ketua Forum Komunikasi Imam Mukim Aceh Singkil, Tengku Zainal Abidin Tumangger menegaskan bahwa pihak Kristen sejak dulu sering mengkhianati perjanjian.
Menurutnya, konflik yang dipicu gereja liar sudah terjadi semenjak tahun 1979, saat itu antara umat Islam dan Kristen mengikat perjanjian. (Baca: Berikut Kronologis Kejadian Awal Konflik di Kabupaten Aceh Singkil)
Namun, hari berganti tahun, gereja liar semakin marak di bumi serambi mekah. Konflik terkait gereja liar pun terjadi kembali pada tahun 2001 dan berakhir dengan perjanjian. Saat itu, tanpa melewati prosedur pendirian rumah ibadah, umat Islam dengan semangat toleransi mengizinkan berdirinya 1 gereja dan 4 Undung Undung di Aceh Singkil.
Namun, seolah tak tahu diri, hingga tahun 2015 gereja liar semakin menjamur menjadi 27 buah di Aceh Singkil dan sekitarnya. Hingga akhirnya umat Islam menggelar pawai tahun baru Islam sekaligus aksi penolakan gereja liar pada Selasa 13 Oktober 2015 yang bertepatan dengan 1 Muharram 1437 H.
Massa Umat Islam yang geram dengan sikap warga Kristen yang selalu mengkhianati perjanjian dan tak menghormati kearifan lokal diterapkannya Syariat Islam di Aceh, akhirnya membakar gereja liar. (Baca: Begini Awal Cerita Meletusnya Kerusuhan di Kabupaten Aceh Singkil)
Namun, salah seorang pemuda bernama Tengku Syamsul gugur syahid diterjang peluru dari senapan pemburu babi massa Salibis. (Baca: Syamsul Roboh Diterjang Senapan Babi Para Pembela Gereja)
Tengku Zainal Abidin mengungkapkan pihak Kristen sendiri yang kerap melakukan provokasi dengan menggalakkan pendirian gereja liar.
“Mereka yang menyepakati, kemudian mereka pula yang melanggar. Hal pelanggaran perjanjian itu kami sebenarnya tidak kagat, apalagi kalau mau melihat di dalam sejarah dan kitab Al-Qur’an, dimana Yahudi dan Nasrani ini tidak pernah menepati perjanjian,” kata Tengku Zainal Abidin di Rimo, pada Kamis (15/10/2015).
Selain pengkhianatan perjanjian pihak Kristen, menurut Tengku Zainal menjamurnya gereja liar juga diperparah faktor tidak tegasnya Pemkab Aceh Singkil. (Baca: Kristenisasi di Aceh Singkil: Dikepung Gereja, Rentenir Hingga Tuak)
“Jadi karakteristik orang Nasrani kita sudah tahu, yang menjadikan masyarakat kaum Muslimin di Aceh Singkil ini heran, mengapa Pemda tidak menindak tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran ini,” tandasnya. [AW]